Betapa riangnya ia, karena ia telah membuat
pajangan struktur kelas itu dengan sungguh-sungguh. Dan hasilnya, tentu saja
jauh berbeda dari kelas-kelas lainnya yang hanya membuatnya di sebuah kertas
polos, tanpa motif. Tapi ia, membuat struktur itu begitu berbeda. Penuh warna,
penuh keceriaan. Dan hasilnya sungguh cantik.
Ketika sampai di kelas, ia menyerahkan
pajangan struktur kelas itu dengan riang. Namun, ketika sang guru melihat karya
muridnya itu, dia langsung berkata,
“Apaan ini! Struktur kelas itu tidak begini!
Ada bagan-bagannya! Ini apa ini?!? ganti segera!!”
Dan sang murid itu pulang, dengan
tangis!
Andai guru itu tahu, bahwa sang murid telah
mati-matian membuatnya, bahkan merelakan waktu belajarnya! Dua hari! Yap, dua
hari ia membuatnya dengan penuh semangat!
Na sungguh merasa kasihan pada murid itu dan
merasa sangat geram pada sang guru. Beginikah cara mendidikmu, Bu Guru?
Jika memang demikian, sungguh, kaulah pembunuh
berdarah dingin!
Pembunuh yang membunuh karakter-karakter
muridmu!
Jika banyak guru-guru lain yang bermental
sepertimu, maka, negeri ini akan kehilangan banyak harapan!
Meski geram, Na pun sangat kasihan padamu,
Guru macam ni! Kasihan sekali anak-anakmu. Tumbuh dalam asuhan ‘pembunuhan’mu!
Mari kita meneladani Rasulullah dalam
memperlakukan seorang anak…
Dari Anar ra., berkata : “belum pernah saya
memegang sutra baik yang tebal maupun yang tipis, yang lebih halus dari tangan
Rasulullah saw.; dan saya belum pernah mencium bau yang lebih harum dari bau
Rasulullah saw. Saya pernah menjadi pelayan Rasulullah selama sepuluh tahun,
beliau sama sekali tidak pernah mengatakan ‘”hus” kepada saya, begitu pula
beliau tidak pernah menegur dengan ucapan, “kenapa kamu berbuat seperti itu?”
terhadap apa yang saya kerjakan, dan beliau juga tidak pernah menegur dengan
ucapan “kenapa kamu tidak berbuat demikian” terhadap apa yang tidak saya
kerjakan.
(HR. Bukhari dan Muslim).
Masya ALLAH…
Perhatikanlah kalimat Manusia Agung yang
ma’shum ini. Yang tidak punya kesalahan dan dosa ini. “kenapa kamu berbuat
seperti itu?”, adalah kalimat-kalimat penyalahan. Dan beliau tidak pernah
melakukannya kepada anak-anak! Lalu, apa hak kita untuk melakukan penyalahan
itu, sementara kita juga banyak salah, banyak dosa dan begitu dhaif.
*miris...ini namanya juga pembunuhan karakter buk guru*
0 comments:
Post a Comment