Wednesday, September 26, 2012

perang batin


Betapa ingin aku menangkap satu bayangan itu dalam pengindraanku. Sungguh, betapa inginnya aku. Betapa inginnya aku meng-copy bayangan yang melewati pupil itu dalam posisi terbalik lalu kemudian diproses melalui neuron-neuron visual menjadi sebuah bayangan utuh dalam proses pengindraan yang sempurna. Harapku juga tak sampai di situ. Juga ada harap, agar neuron lain memprogress-nya untuk disimpan dalam hardware yang permanen.

Dua sisi hati bertengkar sudah. Antara ‘harapan’ dan ‘larangan’. Meski ‘larangan’ adalah pilihan terbaik untuk kondisi saat itu. Tapi, ‘harapan’ pun sesuatu yang tak bisa dibendung. Mereka bertengkar seperti halnya nafsullawwamah dan nafsulmuthmainnah bertengkar, memperebutkan pilihan apa yang akan dipilih.

Beruntung, perjumpaan dan progress peng-copy-an itu tidak jadi berlangsung. Ada sisi hati yang kecewa. Tapi, ada sisi hati lainnya yang merasa menang…

*perang batin*

0 comments:

Post a Comment