Betapa ingin aku menangkap satu bayangan itu
dalam pengindraanku. Sungguh, betapa inginnya aku. Betapa inginnya aku
meng-copy bayangan yang melewati pupil itu dalam posisi terbalik lalu kemudian
diproses melalui neuron-neuron visual menjadi sebuah bayangan utuh dalam proses
pengindraan yang sempurna. Harapku juga tak sampai di situ. Juga ada harap,
agar neuron lain memprogress-nya untuk disimpan dalam hardware yang permanen.
Dua sisi hati bertengkar sudah. Antara
‘harapan’ dan ‘larangan’. Meski ‘larangan’ adalah pilihan terbaik untuk kondisi
saat itu. Tapi, ‘harapan’ pun sesuatu yang tak bisa dibendung. Mereka
bertengkar seperti halnya nafsullawwamah dan nafsulmuthmainnah bertengkar,
memperebutkan pilihan apa yang akan dipilih.
Beruntung, perjumpaan dan progress
peng-copy-an itu tidak jadi berlangsung. Ada sisi hati yang kecewa. Tapi, ada
sisi hati lainnya yang merasa menang…
*perang batin*
0 comments:
Post a Comment