Sunday, December 29, 2013

✿ Sang Pengetuk ✿





Jika sang pengetuk telah datang

Pernahkah pintumu diketuk? Diketuk oleh dia yang tak terduga. Lantas hati gelisah pada putusan untuk membuka atau tidak membuka. Bukankah dia tamu? Yah, tamu harus dijamu dengan baik. Tapi, tuan rumah memiliki hak untuk menyeka kaca yang buram, mengintip siapa sang pengetuk dan bertanya siapa dia. Atau bahkan membiarkan mentari menghangat agar terang siapa sosok dibalik pintu. Dan cinta pun brsemi di taman ketakwaan, kau tau? Karena rasa itu selalu bermain di sekitarnya, maka angin tak pernah memilih menerbangkan benih. Angin berputar, menghembus dan membawa benih yang bersedia menemaninya kemanapun tempat yang dituju.

Pada sebuah nama yang mungkin tak bertulis di Lauh Mahfuzh, kita masih yakin ada peluang yang tercipta di setiap ikhtiar dan doa. Kau tahu, sebab jodoh itu misteri alam semesta maka bisa jadi kau temukannya dari celah rerimbunan dedaunan, tetes embun berkilauan, semilir angin yang lembut, rintik hujan yang bersimfoni, hangat mentari di kala pagi dan pada siluet senja yang melembayung, namun satu yang pasti, biarkan ia menemukanmu dengan cara terindah sesuai dengan syariatNYA, maka itulah misteri yang menggetarkan jiwa..

#Serpihan dialog yang berserakan

Friday, December 27, 2013

✿ Butuh dan Ingin ✿


ALLAH memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita ingini..

Dalam jenak-jenak putaran waktu dan dalam gulungan-gulungan cerita yang kita ukir setiap hari, ada kata yang memonopoli hidup kita. Memonopoli untuk menyetujui egoisme kita, mendominasi untuk mengalahkan rasa kita maka dialah “Ingin”. Aku ingin begini, aku ingin begitu. Di tiap bait-bait do’a yang terpanjat, masih terselip kata “Ingin”. Tapi, “butuh” tak selamanya “Ingin” kita. Tahukah kita bahwa dalam rangsangan dan reflex ada ruang yang tercipta, disitulah letak “Ingin” kita dibenarkan, tetapi bahwa rangsangan dan reflex itu letak “Ingin” ALLAH pada kita. 
Bisa jadi “Ingin” kita sejalan dengan “Ingin” ALLAH, namun terkadang justru “Ingin” itu ambivalen. Maka, Ingin ALLAH adalah yang merajai Ingin kita, karena ALLAH paling tau “butuh” kita…

Apakah ini ujian, cobaan, adzab atau…???

Terkadang kaki kita tersandung, tubuh kita terjengkang, wajah kita terjerembab, oleh laku yang tercipta. Ianya datang disikapi bermacam-macam, merutuki takdir, menyalahkan orang lain, atau lari dari masalah. Namun, mestinya kesadaran kita disentak bahwa ini bukan sekedar ujian, cobaan atau adzab tapi ini adalah tarbiyah. Tarbiyah dari ALLAH untuk menggiring kita pada sebuah kesadaran paripurna tentang hakikat kita sebagai hamba atas laku, kata dan fikir kita yang tak sejalan dengan aturanNYA. Maka, tiada mesti kita merutuki setiap sandungan itu yang justru baik dan membaikkan diri kita.

Antara logika dan nurani…

Adalah keniscayaan saat kita hidup dalam dua sisi logika dan nurani. Meski kadang suara nurani samar oleh bisingnya logika berargumentasi. Kita tak boleh alpa bahwa suara nurani yang bening itu menuntun kita menemukan jalan dari labirin-labirin argumentasi logika. Nurani berbicara perlahan dan lembut, ia tiada pernah menghakimi tindak tanduk kita. Namun logika senantiasa memberikan petunjuk matematis. Ada kalanya mereka berjibaku, saling berlomba memberi fatwa pada putusan kita, namun suara nurani adalah suara dahsyat yang mesti didahulukan. Mungkinkah mereka sejalan? Sangat! Sangat mungkin mereka bersinergi melangkah, memberi arah yang semakin terang benderang. Maka, hanya nurani yang bersih dan logika yang sehat yang mampu membuat putusan yang seiring dan sejalan.

Pantaskah??

Sudut ketidakpantasan tak melulu harus kita jadikan alasan yang tak berperi dari segala penolakan yang kita alami. Nyatanya, kita tak pernah kehabisan peluang untuk menjadi lebih baik. Ini bukan sekedar kita telah menerima penolakan, tapi sejauh mana penolakan itu telah mentransformasi diri kita pada satu titik “memantaskan diri” menjadi lebih baik. Mungkin penolakan adalah titik balik membenahi segala yang berhamburan dan tercecer kemana-mana. Ah, selalu saja kita butuh memanage sudut pandang. Seperti bulan yang memiliki sisi gelap dan terang. Sisi terang itulah yang nampak indah dari bumi, tapi ada sisi gelap yang tidak pernah kita tahu sama sekali. Bahkan, bisa jadi sisi tak nampak itu akan indah jika diterangi oleh cahaya.


✿ Perjalanan itu terasa amat panjang, jiwa-jiwa yang melaluinya mulai merasa keletihan. Jeda sejenak untuk melepas letih dan menyeka peluh yang kian menganak sungai ✿

✿ Jika Na Jadi Ibu ♥ (✿◠ ‿ ◠)


Jika suatu saat nanti kau jadi ibu,
Ketahuilah bahwa telah lama umat menantikan ibu yang mampu melahirkan pahlawan seperti Khalid bin Walid.
Agar kaulah yang mampu menjawab pertanyaan Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia:
“Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan?
Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid?”

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu,
jadilah seperti Asma’ binti Abu Bakar yang menjadi inspirasi dan mengobarkan motivasi anaknya untuk terus berjuang melawan kezaliman.
“Isy kariman aw mut syahiidan! (Hiduplah mulia, atau mati syahid!),” kata Asma’ kepada Abdullah bin Zubair.
Maka Ibnu Zubair pun terus bertahan dari gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa mau tunduk kepada kezaliman. Hingga akhirnya Ibnu Zubair syahid. Namanya abadi dalam sejarah syuhada’ dan kata-kata Asma’ abadi hingga kini..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, 
jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar..
Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam dengan potensinya yang lain..
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini : Zaid bin Tsabit..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu,
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, 
jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya. Seperti Ummu Habibah.
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya.
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya: “Yaa ALLAH Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMU.
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-MU. Oleh karena itu aku bermohon kepada-MU Yaa ALLAH, permudahlah urusannya. Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, amin!”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya,
tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu,
jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman.
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan..Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, 
jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses.
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu. Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu. 
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri.
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor. Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

Source: WA Super Mother



✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿


Nangiiiis baca ini..
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu.. 
mendengarnya semacam Na artikan;
“Jika suatu saat nanti telapak kaki ALLAH perkenankan jadi syurga..”
Sambil teringat ada berapa banyak anak-anak masa depan yang tak direncanakan jadi hebat-apalagi teruntuk ummat. 
Sang ibu yang kini masih sibuk mengisi harinya dengan menegasikan persiapan dalam memiliki mereka...
Hari-harinya senang-senang semu, menumpuk dosa..menjauhi syurga. Jangankan persiapan jadi ibu, memilih yang membersamai hingga ke syurga saja, mungkin Na tak tahu bagaimana caranya. 
Atau tak mau Na memilih yang pergi kesana..?? (#eh bukan kok *Big Grin* :D)

Ah anak-anak masa depan, 
kepada siapa kelak tangan mungil kalian bergelayut meminta dididik jadi Khalid bin Walid, Imam Ahmad, Imam Malik, Abdurrahman As Sudais, atau Ahmad Zewail?
Tidak juga selalu mempersiapkannya Na yang si yang menulis ini...Terkadang lalai dengan terfokus pada permasalahan hidupnya semata..
Lalai ia bahwa meniti hari bukan tentang dirinya sendiri..
Dengan sangat percaya bahwa setiap serpih gula yang semut temukan saja adalah bagian dari rencana-NYA, 

Berbenah De...!!!
Being mom is a big deal...!!!
Preparation is a must..!!!

♥ (✿◠ ‿ ◠)





✿ Dalam Cengkraman Waktu ✿


ada pada setiap cengkraman waktu,
cekatan nafas,
menyipitnya mata,
kerut-kerut kening,
dan katupan bibir yang tergigit deretan gigi atas..
ya, semangat itu,
apa yang tertumbuhkan dalam hati..
yang bisa kau cipta sendiri.
dalam situasi apapun,
pun dalam saat ini...

saat siapa menyalahkan siapa sudah tidak penting lagi..
se-tidak penting siapa-ingin-menjelaskan-kepada-siapa..
siapa-ingin-protes-kepada-siapa..
cukup sabar saja, waktu akan berlalu, 
dan mungkin pressure seperti ini suatu saat nanti akan Na rindui..

yang harus Na yakin. “jual-beli ini dengan ALLAH”..
wa kafaa billahi syahiida..
karna surga masih jauh… 
maka kumpulkan bekal meski se-kerikil-kerikil untuk menjadi tangga menujunya.
& menjadilah batu bata yg kuat. ..

inna ma’al usri yusroo.. 
laa yukallifullahu nafsan illaa wus’ahaa.

"kalo gerak kamu bukan karna manusia, 
benturan-benturan dengan manusia tidak akan menghentikan gerakmu.” 
maka hari-hari yang berlalu ini semacam pembuktian. : karena siapa?!
dan Na sangat butuh untuk buktikan karna siapa.
sebab takkan bercampur; haq wal bathil. ilallah, aw ila maa ghoyruhu..?
kausa pembuktian itu manis! ya, pun jalan ini. Tapi Na tidak akan mengenal manis sebelum cecapi apa itu asam-asin-pahit bukan?

*Dalam cengkraman waktupun, Na menunggu.. menunggu takdir terindah-NYA*

Tuesday, December 3, 2013

✿ Pulang ✿

Andai saja hidup ini hanya sebatas permainan, 
bolehlah hidup kita seluruhnya adalah bermain dan terus bermain...
Andai kehidupan semuanya adalah sendagurau...
Tak masalah tiap detik hidup kita hanya canda tawa yang tak berujung...
Tapi ternyata, hidup ini dipenuhi ragam warna. Sekali kita gembira, lain waktu kita bersedih. 
Hidup juga adalah perjalanan singkat menuju satu dari dua negeri. 
Kemungkinan kecil adalah syurga, besar peluang ke neraka. 
Dalam hening dan sepi, ada baiknya kita bertanya pada hati :
Sudahkah kita memikirkan kemana kaki melangkah "pulang"?

Thursday, November 21, 2013

✿ Teramat sangat Merindu-mu ✿


Di sisiku, selalu ada rindu tentangmu..Rasa yang senantiasa mendulang senyuman...Rasa yang senantiasa menuntunku, mencoba mencari jalan pulang...Menujumu, bergandengan tangan bersama doa yang tak pernah mengering...Meski, hujan ini terasa begitu memaksaku meluapkan rindu itu...

Mata, telinga, juga seluruh panca indera ini, mencoba meraba, mencarimu tuk melengkapi cerita...Bukankah semua rasa ini tentangmu? Bukankah semua ini goresanku tentangmu?
Di sini, aku tak pernah lelah bertanya kepada Yang Maha Cinta, dimana kiranya IA akan mempertemukan kita..Namun, semudah itukah menemukan jawaban? Entahlah...Tak semudah jutaan pertanyaan yang menari-nari di rongga kepalaku, yang mencoba menangkap dan memahami warna-warni semesta yang senantiasa bercerita tentangmu...

 Andai saja dunia dan akhirat tak berjarak seperti ini, sudah kulangkahkan kedua kakiku ini untuk mengintipmu di sana, hanya sekadar ingin tahu apa yang engkau lakukan saat ini...Agar tangis yang menganak sungai mampu berhenti karena telah bertemu muaranya...Agar rindu yang begitu membuatku sesak ini mampu terobati karena telah melihat parasmu yang menyejukkan itu...Andai saja, nafas-nafas yang membentuk hidupmu tak hilang secepat itu, aku tentu kan menjadi pribadi yang paling berbahagia saat ini.

Izinkan aku dan cinta ini, bersama-sama berjumpa denganmu dalam sebuah paragraf panjang...Paragraf, yang kuharap lupa bagaimana tuk mengakhirinya...Paragraf, tentang kesederhanaanmu, yang mampu merontokkan tiap angkuh yang coba menempati ruang di dalam diriku...Paragraf, tentang engkau yang begitu mampu memenggal amarah, menggantikannya dengan lembut kasih sayang...Paragraf, tentang engkau dan keikhlasanmu yang begitu menggema, yang membuatku begitu sangat mencintaimu, meski tak lagi engkau berada di sini.

Ingin ku menjelma menjadi angin, yang desirnya mampu tenggelam dalam tiap helai rambutmu. Menjadi dingin manakala terik mencoba membakarmu..., menjadi hangat manakala dingin mencoba menusukmu.

Ingin ku menjelma menjadi lautan, yang sanggup menampung deburan-deburan ombak kerinduan ketika bersamamu. Menjadi tegar dan kokoh layaknya sebuah benteng, manakala engkau membutuhkan perlindungan...

Aku begitu ingin menjadi apa yang engkau hirup tiap harinya, udara di sekitarmu. Menjadi satu bersamamu, setiap harinya. Menatap langit yang sama setiap detiknya. Memadu setiap rasaku, dalam aliran darahmu...




Andai saja setiap doa & harap menjadi satu bersama rasa yang kumiliki saat ini,
Aku sungguh berharap oleh desiran lembut angin, semua itu bisa sampai ke sisimu..
Rasulullah......Akankah aku mampu melihat rupamu kelak?

Wednesday, October 30, 2013

✿ Perempuan ini ✿




: Menyisakan cerita untuk hari ini..

Pernah satu hari, Na merasa takut menjadi seorang perempuan, yang mudah meluruh dan tersentuh dengan keadaan. Bahkan, takut karena perasaan ini yang selalu menyalahkan dirinya. Sering juga terbersit, kenapa Na tidak terlahir seperti perempuan lainnya? Yang mampu tegak dan bersikeras untuk menopang perasaannya. Tampak kuat hingga jarang ditemukan buliran-buliran bening di sudut matanya.

Apakah rimanya perempuan ini selalu terbayarkan oleh tangisan? Merasa perasaan itu akan terusir dengan air mata. Kadang wajah ini harus bersembunyi di balik ketundukan. Minimal di balik hijab yang membantu untuk menyamarkan.

Tahukah? Perempuan ini yang begitu mudah menurut oleh perasaannya. Entah karena ia begitu lembut hingga akan merasa terbayarkan kesemuanya oleh deraian air mata yang nantinya membawa mata ini sembab tak karuan.

Perempuan ini yang kadang rimanya terenyuh lagi mengalah atas apa yang terjadi. Kemudian hanya bisa meredakannya dengan beradu padaNYA dalam sunyinya.

Perempuan ini juga yang terkadang harus bernafas terputus-putus karena menyangga perasaannya yang seringkali hampir roboh oleh isakan yang merajainya. Sesekali mungkin memainkan kedua tangannya untuk menghapusnya.

Dan, perempuan ini yang akhirnya memang harus mengendalikannya. Sandaran perasaannya memang akan dikembalikan padaNYA. Sebab, perempuan ini yakin, ada energi yang harus diserap untuk perasaannya agar mampu dikembalikan ke tempat yang lebih baik.


Selepas hujan, ada pelangi yang mengantarnya tersenyum

✿ Leave and Go ✿


Berkali lipat, Na temui wajah sekitar dengan  penuh kesembaban. Satu orang, dua orang, tiga orang, … entah sampai angka berapa harus Na hitung hingga tak lagi menemukan wajah-wajah yang dipenuhi kesenduan. Ah, meninggalkan dan ditinggalkan; rupanya, suasana ini akan memberikan suasana yang berbeda memeriakkan ruang hati seseorang..

Agaknya, di antara siang nan terik itu tak mampu mengeringkan kesembaban. Sedang Na, hanya bisa menarik diri dari kerumunan wajah-wajah itu. Kepayahan memang, saat harus berbalik dan melawan arah dari arus orang-orang yang menuju ke beberapa orang yang akan meninggalkan mereka. Setidaknya mencoba melesap pergi, agar tidak menarik Na ke rasa yang sama, sendu...

Meninggalkan dan ditinggalkan. Entah berapa banyak cerita ini terkumpul dari mereka yang meninggalkan. Kemudian tak sedikit pula menyisakan rasa terserak dari yang merasa ditinggalkan. Baik sementara, atau mungkin selamanya. Tetap saja tak bisa mengalihkan perasaan yang sejatinya memang ada.

Kepergian... Suatu sikap yang justru menjadi satu harapan besar bagi yang ditinggalkan untuk kembali, dalam keadaan yang dikehendakinya. Dan bagi yang ditinggalkan seharusnya memasrahkan kepergiannya untuk tetap bisa kembali dalam keadaan yang dikehendakiNYA, ALLAH Ta’ala. 

Jika setelah pertemuan yang kita lewati karena kehendakNYA, maka bersiaplah untuk menyambut perpisahan dalam bentuk apapun... Entah sesuai keinginan, pun bisa jadi yang bertolak dari kita...

Sejatinya, kita akan bertemu keduanya; pertemuan dan perpisahan, yang diperuntukkan kepada kehidupan... Maka, nikmatilah!

Saat bingar riuh rendah orang-orang di sekitar Na menyentuh selaput pendengaran Na, tiba-tiba terdengar panggilan cinta-NYA..jiwa Na bergetar.

Ya, ALLAH..! Panggilan-Mu sungguh memenuhi qalbu dan menjadi lirikan hati setiap muslim dunia...
Rabbi.. Adakah  Na bisa selalu merasakan getar-getar ini..? dan menerima Qadar-MU, Pertemuan dan Perpisahan itu, walau sendu...


Waktu, ia akan mengantar dan menjemput
Sedang kita, hanya menjumput di antaranya

Monday, October 21, 2013

✿✿ Asa ✿✿



Rinai hujan dan tilawah syahdu...

ritme nya menyatu dalam bahasa sunyi..

asa yang tak pernah pupus...

suatu saat,

kau bisikkan bait-bait Ar-Rahman untukku...


Wednesday, October 9, 2013

✿ Memungut Semangat ✿




jikalau nanti kamu ingin berhenti, renungi-lah ini..


Satu waktu, sudah lama sekali. Seseorang berkata dengan wajah sendu,
”Alangkah beratnya..alangkah banyak rintangan..alangkah berbilang sandungan..alangkah rumitnya.”

Aku bertanya, “lalu?” 

dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk. “Apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?”

"Hanya karena itu kau menyerah kawan?" Aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti yang dialaminya.

"Yah..bagaimana lagi? Tidakkah semua halangan ini pertanda bahwa ALLAH tak meridhainya?"

Aku membersamainya menghela nafas panjang Lalu bertanya,
”Andai Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam berpikir sebagai mana engkau menalar,akan adakah Islam dimuka bumi?”

“Maksudmu..?” ia terbelalak.

"Ya, andai Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam berpikir bahwa banyak kesulitan berarti tak diridhai ALLAH, bukankah ia akan berhenti diawal-awal risalah?"

"Ada banyak titik sepertimu saat ini, saat Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam bisa mempertimbangkan untuk menghentikan ikhtiar. 
Mungkin saat dalam rukuknya ia dijerat dibagian leher.
Mungkin saat ia sujud lalu kepalanya disiram isi perut unta. 
Mungkin saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu. 
Mungkin saat ia dikatai gila,penyair, dukun, dan tukang sihir. 
Mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di syi’ab Abi Thalib. 
Mungkin saat ia saksikan sahabat-sahabatnya disiksa didepan mata. 
Atau saat paman terkasih dan istri tersayang berpulang.
Atau justru saat dunia ditawarkan padanya; tahta, harta,wanita."

"Jika Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam berpikir sebagaimana engkau menalar,tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti..???
Tapi Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam tahu, kawan...
Ridha ALLAH tak terletak pada sulit atau mudahnya,berat atau ringannya,bahagia atau deritanya,senyum atau lukanya,tawa atau tangisnya."

"Ridha ALLAH terletak pada apakah kita mentaatiNYA dalam menghadapi semua itu..
Apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangNYA."

"Maka selama disitu engkau berjalan,bersemangatlah kawan." 

*Muhasabah Lagi dan Lagi *

Sunday, October 6, 2013

✿ peneduh hari ✿ (✿◠ ‿ ◠)


Teruntuk 'mu' Peneduh Hari...
Assalaamu’alaykum warahmatullahi wabarakaatuh wamaghfirotuh.

Bagaimana kabar 'mu'? Kabarku di sini baik-baik saja—sampai 'kamu' pergi mengepakkan sayap-sayap 'mu' meninggalkanku di sini, bersama keping-keping kenangan yang berserakan..

'kamu' tahu? Terik sekali di sini. Karena tak ada 'kamu' yang meneduhkan. 'kamu' tahu? Dingin sekali di sini. Karena tak ada senyum 'mu' yang menghangatkan. 'kamu' tahu? Meskipun terik sekaligus dingin, frekuensi hujan yang meningkat tak hentinya menyapa hari-hariku sejak kepergian 'mu'. Lama sekali baru reda... Ah, bukan. Yang hujan adalah sudut-sudut di pelupuk mataku. Kerinduan tak hentinya mengalir deras di sana. Kesedihan tak hentinya terembunkan di sana. Membasahi relung-relung hati yang sudah bertambah tebal debunya.

Walaupun demikian...
Aku mencoba mengambil sebatang pena dan secarik kertas lantas menuliskan semua kerinduan itu di sini. Berharap semuanya akan mengalir bersama setiap goresannya. Atau sekedar membeku bersama tintanya di atas kertas kusam ini. Atau mungkin ikut memburam bersama waktu yang terus berlari. Atau mungkin juga berharap akan ikut diterbangkan angin yang sedari tadi membelai lembut halaman ini. Dan tentu saja, juga berharap teriakan rindu ini akan terdengar oleh 'mu'... Atau setidaknya, tersampaikan pada 'mu'..

Tidak, aku tidak menyalahkan takdir yang memisahkan raga kita. Pun juga mengutuk waktu yang merenggut sela-sela kebersamaan kita. Karena semuanya sudah merupakan qodarNYA, ‘kan? Kita bertemu karena ALLAH dan akan berpisah pula karenaNYA. Kita bertemu di dunia bermandikan pelangi ilmuNYA ini, lalu akan berpisah pula karena 'kamu' ingin mengarungi lautan ilmuNYA di negeri bermandikan pelangi lainnya... Semuanya sudah terukir indah di atas sebuah tugu bernama nasib di Lauhul Mahfuz sana. Dan kita takkan dapat mengelak sesenti pun atau sedetik pun darinya.

"Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan ALLAH pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNYA: 1. Pemimpin yang adil; 2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan 'ibadah kepada Rabbnya; 3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid; 4. Dua orang yang saling mencintai karena ALLAH, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena ALLAH; 5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut ALLAH'; 6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya (dan sebaliknya); 7. Orang yang berdzikir kepada ALLAH dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis." 
[HR. Bukhari dan Muslim]

Hanya saja... Kata “ditinggalkan” ternyata lebih menyakitkan dibandingkan kata “pergi”. Setiap yang pergi ibarat burung yang terbang dengan bebas dan lepas. Mereka mulai merajut kebahagiaan baru di tempatnya yang baru. Sementara yang ditinggalkan, akan berkutat bersama semua kenangan yang berhamburan. Tertimbun bersama kerinduan-kerinduan yang tak bertepi.

'kamu' tahu? Benar-benar aneh rasanya melewati pekan demi pekan tanpa kehadiran 'mu' di dalamnya. Setiap waktu yang terlewati seolah menghadirkan atau membangkitkan kembali semua yang pernah kita lewati bersama. Seolah semua keping kenangan itu keluar kembali dari kotaknya. Seolah setiap kepingnya memaksa untuk diputar kembali dalam sebuah proyektor di sudut memoriku. Ah, ternyata jarak dan waktu tak rela memburamkan semuanya.

Yah... Di mana pun 'kamu' berada, tetaplah tersenyum dengan semangat yang tertumpah-ruah. Gapailah asa dan kejarlah cita-cita dengan sayap-sayap 'mu' ke langit mana pun yang 'kamu' inginkan. Lengkungan pelangi menanti di penghujung tantangan yang bertambah.

Aku pun di sini akan berjuang, serta mendo’akan 'mu' dalam setiap tapak langkah. Karena hanya dengan do’a aku bisa menggenggam 'mu'. Hanya dengan do’a aku bisa mengobati luka sepi dari rindu yang tak berpenghujung ini.... Jangan lupa, selalu ada tempat untuk kembali....*sepertinya tidak*

*ceracau gerimis senja : edisi sahabat ♥ (✿◠ ‿ ◠)

✿ Duhai Rasul ✿


duhai Rasul,
sebentang jarak dan waktu memisah antara kami dengan dirimu
dalam malu dan ketidakpantasan
kami ingin sekali mengucap namamu dengan kata cinta
lalu mengikutkannya dengan salam keselamatan
pada tiap hela nafas kami yang tak panjang

kami mengulang cerita tentangmu, perjalananmu
tentang sosokmu yang terlahir yatim
dan sejuta pesona bahkan sebelum kau dirundung wahyu
tentang perutmu yang kau ganjal batu
tentang darahmu yang kau tahan agar tak jatuh
juga saat duka dan luka menggelayut bersama penolakan itu,
kau justru lirih berucap
"semoga ALLAH mengampunkan, sebab mereka tak tahu"

duhai Rasul,
kami menyusuri langkahmu, jejakmu
sosokmu yang gagah dan wajahmu yang mengalahkan purnama
seindah senyummu yang bercahaya
dan bilah tanganmu yang kau guna untuk turut kumpulkan kayu bakar
juga sujud-sujud panjangmu
dan kenangmu dalam haru dan rindu
pada ummat yang mencintamu bahkan sebelum pernah bertemu

duhai Rasul,
kami tahu,
tidak akan mampu dapatkan syurga
hanya dengan puisi dan kata-kata indah

kecuali setelah kata terakhir itu,
penyairnya turut menerjemah sajak
dalam ketaatan yang banyak

kecuali setelah kata terakhir itu,
pembacanya ikut merapalkan syair
dalam permohonan ampun, taubat, dan inabah

duhai Rasul,
ajari kami cinta yang melintas jarak dan waktu
agar kami dapat membersamaimu nanti,
dalam waktu-waktu tanpa jeda dan tanpa akhir

Monday, September 30, 2013

✿ Pengharapan Hanya Pada ALLAH ✿






Kadar kekecewaan itu akan senantiasa berbanding lurus dengan tingkat pengharapan kita pada manusia. Semakin berharap, maka semakin besar kekecewaan yang akan kita tuai.
Pengharapan pada manusia, seperti bola salju yang siap pecah pada suatu ketika. Seperti bom waktu yang siap meledak pada suatu masa. Ketika pecah dan meledak itulah, artinya akumulasi kekecewaan itu mencapai titik jenuhnya.
Begitulah…
Karena hidup punya dinamika.
Juga karena bukan jamaah para malaikat yang penuh kesempurnaan…
Sebab itu, kita tidak punya alasan untuk kecewa…terhadap apapun itu…terhadap siapapun itu…
Karena, diri kita pun, terlalu jauh dari sempurna…

Bagaimanapun…
Setiap kita, masih ingin mengokohkan pijakan di jalan ini…
Berjuang…dijalan ini…karena-Nya…
Tapi bukan sendiri…bukan infirodi…
Melainkan dalam jama’ah ini…dalam satu naungan : ISLAM!

Allah ghoyatunaa….
Wa jihad sabilunaa…
Almautu fi sabilillaah…Asmaa amaninaa…

Ya muqallibal quluub…
Tsabit qalbina ‘alaa diinik…’ala tho’atik…

Allahumma innaka ta’lamu anna haadzihil quluub…
Qodijtama’at ‘ala mahabbatik…
Tataqot ‘ala thoo’atik..
Watawahhadat ‘ala da’watik…
Wata’aahadat ‘ala nushrati syarii’atik..
Fawatsiqillaahumma rabthotahaa…
Fawatsiqillaahumma rabthotahaa…
Waadimwuddaha wahdihaa subulaha…
Wamlakhaa binuurikalladzi laa yakhbuu wasyrah sudurohaa bifaidil iimanibik…
Wajamitawakkuli ‘alaik…
Wa ahyihaa bima’rifatik….
Wa amithaa ‘alasy-syahaadati fii sabilik…
Innaka ni’mal maula wa ni’mannashiir…
Allahumma aamiiin…


(✿◠ ‿ ◠)

✿ Kubaca Firman Persaudaraan ✿



"Sungguh tiap mukmin bersaudara",
aku merasa, kadang ukhuwah tak perlu dirisaukan,
karena ia hanyalah akibat dari Iman.

aku ingat pertemuan pertama kita,
sahabat sayang, dalam dua detik,
aku telah merasakan perkenalan, bahkan kesepakatan.

Itulah ruh-ruh kita yang saling menyapa,
berpeluk mesra, dengan iman yang menyala..
mereka telah mufakat, meski lisan belum saling sebut nama,
dan tangan belum berjabat ..

Aku makin tahu...
persaudaraan tak perlu dirisaukan..
karena saat ikatan melemah,
saat keakraban kita rapuh,
saat salam terasa menyakitkan,
saat kebersamaan serasa siksaan,
saat pemberian bagai bara api,
saat kebaikan justru melukai..

aku tahu yang rombeng bukan ukhuwah kita,
hanya iman-iman kita yg sedang sakit,
atau mengerdil, 
mungkin dua-duanya,
mungkin kau saja,
tapi tentu lebih sering imanku.

Kubaca firman Persaudaraan Sahabat sayang,
dan aku makin tahu,
"para kekasih pada hari itu, sebagian menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang2 yang bertaqwa .."

"Persaudaraan adalah mu'jizat, wadah yng saling berikatan"
dengannya ALAH persatukan hati-hati berserakan,
saling bersaudara, merendah, memahami, mencintai.
dan saling berlembut hati Terhubung Ke Langit.

Berdirimu diwaktu malam,
sujudmu yang dalam,
mengokohkan hatimu melebihi gunung membiru.

Lalu kau terima beban untuk mencintai semesta,
membagi senyum ketika kau terluka,
memberi minum ketika kau dahaga,
dan menghibur jiwa-jiwa ketika kau berduka.

Dan bersamalah disini.
Malam berlalu,
tapi tak dapat kupejamkan mata dirundung rindu kepada mereka,
yang wajahnya mengingatkanku akan syurga..
agar sempat kukatakan pada mereka..
"aku mencintai kalian karena ALLAH"


*Dalam Dekapan ukhuwah*

Sunday, September 22, 2013

Perahu untuk "Aisha" (✿◠ ‿ ◠)

Kulabuh perahu kertas ke air mengalir di sebuah anak sungai
ku yakin ia tidak akan bertahan hingga ke laut, karena ia hanyalah kertas
namun yang kuyakini adalah kalimat dan 'azzam yg tertulis di dalamnya
bahwa suatu saat kupasti mengajakmu melabuhkan angan di langit firdaus

Kutulis dan kurangkai ribuan perahu impian itu
perahu yg membawa visi jauh melampaui batas samudra
karena kejayan itu bukan karena kuatnya raga dan hebatnya ilmu
tapi karena kelemahanku yang mulai mencintaimu...

*ini Na copast dari FB teman...suka sangaddd dengan kata-kata yang ini "bahwa suatu saat kupasti mengajakmu melabuhkan angan di langit firdaus" (✿◠ ‿ ◠)

Friday, September 20, 2013

☂ Gerimis Senja itu ☂


Pada gerimis senja itu, 
rintiknya selalu menggegaskan kita berbincang tentang gigilnya yang beku, utuh. Mengajari kita yang selalu saja diliputi ragu, terburu, atau mendebu; dalam keheningan yang tak pernah menjadikan kita segenap khusyuk. Gerimis senja itu, menari mengingatkanku akanmu; yang menyederhanakanmu pada puisi yang selalu kau tagih, mendiksikanmu lirih.

Dilangit yang lain senja itu, mentari selalu menceriakan kita dalam keanggunannya yang menjarumi lembayung, syahdu. Menasihati kita untuk selalu mengazzamkan keyakinan akan mimpi-mimpi; yang mencipta dunia. Gerimis senja itu mengingatkanku akanmu; yang menawankanku pada sajak yang selalu kau harap, mendiksikanmu senyap. 

Gerimis senja itu menjelma hujan, selalu mengajak kita menafakuri kejatuhannya yang menari bebas, ikhlas. memahamkan kita akan keterikatan takdir yang menyabar waktu; seperti hujan yang menyisi pelangi; menikmati sepenuh syukur, mengikhtiarkan segenap keringat, merapali seyakin doa. 
mengingatkanku akanmu; yang mengejawantahkanku pada prosa yang selalu kau minta, mendiksikanmu manja.

Gerimis senja itu; di langit itu; di langit hatiku,  akan selalu terukir namamu; 
aku tetap merindu dalam setiap sujud malamku; 
aku tetap mencinta, dalam segenap doa-doa; 
aku tetap menanti, hingga Tuhan merestui; hadirmu di sini..

*padamu : Pemilik Tulang Rusuk*


kita berjalan bersama,
dengan langkah yang kecil-kecil saja
dengan cara yang juga biasa saja
sedepa, sehasta, menggunung cinta.. ♥ (✿◠ ‿ ◠)


Sunday, September 15, 2013

✿ ceracau tanpa judul ✿


Selamat pagiii semestaaaa...selamat pagi bloggieeee...!!

udah lama Na ga meninggalkan jejak di ruang ini...ruang yang slalu membuat Na merasa nyaman untuk berlama-lama menghabiskan jenak dan jeda dari rutinitas yang terkadang membuat ingin menunduk menahan air mata dan memeluk erat resah yang terkadang hadir tanpa Na minta...
udah lama juga Na memendam rindu untuk meracau tentang gerimis yang slalu datang mengetuk jendela kamar Na..
aah...kamu tau bloggie, gerimis itu begitu setia menyapa Na, menemani sunyi hari-hari Na...

Terkadang sesekali Na berharap yang hadir menemani Na itu lengkung warna warni sang bianglala
karna Na ga mau gerimis menghabiskan waktunya untuk selalu bersama Na...ia juga punya ruang nya sendiri, untuk berbagi kedamaian dan kesejukan pada sahabatnya yang lain yang berada di belahan bumi lain sana yang mungkin juga teramat sangat merindukan hadirnya...

aaaaah...lagi-lagi Na berharap pada sang bianglala, padahal gerimis dengan setia menemani Na dengan segala kelembutannya yang membuat Na slalu merasa nyaman..Sudah lama sekali rasanya kita tak pernah punya waktu berdua saja seperti ini. Ada begitu banyak kisah yang ingin Na tumpahkan sampai berbusa-busa pada tiap teduhnya yang ia tinggalkan ketika ia beranjak pergi...

hahaha...!
Na kok malah jadi melankolis gini yah...selalu dan selalu begitu, kehadiran gerimis saat senja membentangkan sayap jingganya yang anggun atau saat ia hadir di pagi hari menyapa segala penjuru dengan rintik-rintiknya yang menebarkan aroma basah tanah yang dengan tegar selalu menanmpung hadirnya, membuat Na merasa melow galow dan slalu meracow (hihihihi..apasih Na..?!)
apalagi belakangan ini kehadiran seseorang dalam hidup Na walau sesaat, mampu membuat Na jatuh, patah dan terluka (jiaaah bahasa orang galow bgt niiih :p)

terkadang benar, Kita menemukan sisi lain dari keindahan dunia ini saat menemukan seseorang yang membuat hati kita "berdesir", maka saat kehilangannya seharusnya itu menjadi inspirasi bagi Na bahwa segala sesuatu itu berjalan sesuai skenario-NYA..Karena terkadang, kita harus berani berjalan di jalan yang jarang dilalui orang lain..jalan yang berlimpah cinta-NYA...walau berat, walau sulit, walau terjal..tetaplah bermimpi pada jalan itu, pijakkan kaki dengan tegar...dan teruslah melangkah...Bertahanlah satu hari lagi…
Jangan menyerah hari ini…Karena kau tak pernah tahu apa yang esok hari akan tawarkan untuk mimpi-mimpi kita...!! 

hahahahaha!! Na parah yah kalau udah meracau, ga jelas arah tujuannya...yang pasti, saat ini Na sedang merasa kehilangan...kehilangan seseorang yang padanya sempat Na ukir beberapa mimpi-mimpi tentang masa depan Na kelak..

Ya sudahlah...Na ga mau mengotori pagi ini dengan perih luka yang hanya membuat Na merasa patah dan kalah...biarlah SEMESTA yang akan menjawab semua mimpi-mimpi Na, dengan "ia" atau mungkin bersama "dia" yang lain d(^__^)b

Na pamit yah bloggiee...sssttt...titip salam Na buat seseorang yang setia mengintip ruang ini, seseorang yang slalu muncul dari negeri seberang sana "Mountain View" California...welcome to this room..selamat menikmati ceracau gerimis senja yaaah...(ngerti bahasa Na ga yah dianya hihihi kayaknya ngerti dech abisnya paling setia ngintip ruang ini)    

♥ (✿◠ ‿ ◠)


***** Ingatkah kau..?

Kau pernah tertawa, juga menangis untuk tiap mimpimu..dan kau pun berjanji untuk selalu melakukan yang terbaik dalam hidupmu....
Kau tau? Waktu tak pernah menunggu siapa pun dalam perjalanannya, maka kembalilah melangkah. Lupakan sejenak tentang air mata yang mengikatmu, juga tawa yang membuatmu terlupa pada arah. Bukalah matamu, dan lihatlah...bahwa kau adalah cahaya sekaligus bayangan. 
Pahamilah, bahwa setiap kita adalah bintang yang bersinar, maka jangan pernah terhenti meski gelap menghalau langkahmu...
teruslah menjadi terang, dengan sinarmu...apa adanya....you're light, just the way you're...!! *****

Monday, September 2, 2013

☂ Tata Cara Sujud ☂


Tata Cara Sujud
Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 081


Oleh  Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim

Tata cara sujud Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam berdasarkan hadits dan kabar yang datang dalam masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Sujud diatas tujuhtulang;
dahi dan hidung (teranggap satu bagian), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung telapak kaki. Artinya, ketujuh anggota tersebut harus menempel ke lantai saat seseorang sujud, tidak boleh terangkat. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Abdullah bin Abbas yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ—وَفِي رِوَايَةٍ: أُمِرْنَا أَنْ
نَسْجُدَ—عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ—
وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ—، وَالْيَدَيْنِ— وَفِي لَفْظٍ:
الْكَفَّيْنِ—، وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ…
“Aku diperintah (dalam satu riwayat, “Kami diperintah”1) untuk sujud di atas tujuh tulang: di atas dahi—dan  beliau mengisyaratkan tangannya ke atas hidung2—, dua tangan(dalam satulafadz, “dua telapak tangan”3), dua lutut, dan ujung-ujung dua telapak kaki.” (HR. al-Bukhari no. 812 dan Muslim no. 1098)
Dalam hadits al-Abbas ibnu Abdil Muththalib disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam bersabda,
إِذَا سَجَدَ الْعَبْدُ سَجَدَ مَعَهُ سَبْعَةُ آرَابٍ: وَجْهُهُ،
وَكَفَّاهُ، وَرُكْبَتَاهُ، وَقَدَمَاهُ
“Apabila seorang hamba sujud, sujud pula bersamanya tujuh anggotanya: dahinya, dua telapak tangannya, dua lututnya, dan dua telapak kakinya.”
(HR. Muslim no. 1100)

Tidak Cukup Hanya Menempelkan Dahi atau Hidung

Disebutkan di atas bahwa dahi dan hidung teranggap satu tulang/anggota, lantas apakah mencukupi apabila hanya salah satunya yang menempel ke bumi, ataukah harus kedua-duanya?
Dalam hal ini ada perselisihan di kalangan ulama. Abu Hanifah dan Ibnul Qasim dari kalangan pengikut al-Imam Malik berpandangan cukup sujud di atas salah satunya, hidung atau dahi saja. Kebanyakan fuqaha mazhab Syafi’i menganggap boleh sujud di atas sebagian dahi.
Namun, Ibnul Mundzir menukilkan adanya ijma’ sahabat tentang tidak sahnya sujud hanya di atas hidung tanpa dahi. Adapun jumhur berpendapat cukup sujud di atas dahi saja.

Sementara itu, al-Auza’i, Ahmad, Ishaq, Ibnu Habib dari kalangan mazhab Maliki, dan selain mereka menyatakan wajib menempelkan dahi dan hidung saat sujud. Ini adalah pendapat asy-Syafi’i juga (FathulBari 2/384, al-Minhaj,4/431). Pendapat inilah yang benar, insyaAllah, dengan dalil adanya perintah untuk sujud di atas dahi dan hidung.

Tidak Wajib Membuka Dahi Saat Sujud

Bisa jadi, saat sujud, dahi tertutup oleh pakaian yang dikenakannya, seperti kerudung yang dipakai oleh seorang wanita. Namun, kerudung yang menutupi dahi tersebut tidak wajib diangkat agar dahi bisa langsung bersentuhan dengan tempat sujud.
Al-Imam an-Nawawi t dalam al- Majmu’ (3/403) mengisyaratkan bahwa hal tersebut tidaklah wajib, termasuk pula membuka anggota sujud lainnya, seperti dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua telapak kaki. Menurut beliau, penamaan sujud telah tercapai dengan meletakkan anggota-anggota sujud tanpa perlu membuka/menyingkap penutupnya.

Anggota Sujud Tidak Sekadar Disentuhkan ke Lantai

Rasulullah benar-benar menempelkan hidung dan dahinya ke lantai saat sujud, sebagaimana ditunjukkan oleh  hadits Abu Humaid as-Sa’idi z yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 270) dan Abu Dawud (no. 723), serta dinyatakan sahih dalam al-Misykat (no. 108).
Beliau berkata kepada sahabat yang salah shalatnya(al-Musi’uShalatahu) sebagaimana dalam hadits Rifa’ah ibnu Rafi’ radhiyallahu 'anhu,
إِذَا سَجَدْتَ فَمَكِّنْ لِسُجُوْدِكَ
“Apabila engkau sujud, mapankan sujudmu(dengan benar-benar menempelkan anggota sujud kebumi).” (HR. Abu Dawud no. 859, dinyatakan hasan dalam Shahih Abi Dawud)
Dalam sebuah riwayat,
إِذَا أَنْتَ سَجَدْتَ فَأَمْكَنْتَ وَجْهَكَ وَيَدَيْكَ
حَتَّى يَطْمَئِنَّ كُلُّ عَظْمٍ مِنْكَ إِلَى مَوْضِعِهِ
“Apabila engkau sujud, mapankan wajah dan kedua tanganmu (di tempat sujud) hingga seluruh tulangmu tenang ditempatnya.” (HR. IbnuKhuzaimah no. 638 dengan sanad yang hasan, al-Ashl, 2/733) Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam juga menyatakan,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُصِيْبُ أَنْفَهُ مِنَ الْأَرْضِ مَا
يُصِيْبُ الْجَبِيْنُ
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak menempelkan hidungny kebumi sebagaimana halnya dahi.”
(HR ad- Daraquthni no. 1303, al-Baihaqi 2/104, dan al-Hakim 1/270, dari Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu)

Al-Hakim menyatakannya sahih menurut syarat al-Bukhari. Hal inidibenarkan oleh adz-Dzahabi. Al-Imam Albani menyatakan bahwa hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh keduanya, hanya saja ad-Daraquthni, al-Baihaqi, dan at-Tirmidzi mengatakan ada ‘illatnya, yaitu hadits ini mursal.
Akan tetapi, ada riwayat dari Ikrimah dari jalur yang lain secara maushul (bersambung sanadnya) sehingga riwayat yang mursal tersebut menjadi kuat. Ada pula riwayat pendukungnya dari hadits Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha yang dikeluarkan oleh ad-Daraquthni (no.1302) dan hadits Ummu Athiyyah radhiyallahu 'anha yang dikeluarkan oleh ath-Thabarani.(al-Ashl, 2/735)

2. Kedua tangan ikut sujud bersama wajah dan diangkat saat wajah diangkat. Dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam ,
إِنَّ الْيَدَيْنِ تَسْجُدَانِ كَمَا يَسْجُدُ الْوَجْهُ، فَإِذَا
وَضَعَ أَحَدُكُمْ وَجْهَهُ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ، وَإِذَا رَفَعَ
فَلْيَرْفَعْهُمَا
“Sesungguhnya kedua tangan itu sujud sebagaimana halnya wajah bersujud. Apabila salah seorang dari kalian meletakkan wajahnya, hendaknya ia meletakkan kedua tangannya.Apabila ia mengangkat wajahnya, hendaknyaia mengangkat kedua tangannya pula.”
(HR. Abu Dawud no. 892danlainnya dari hadits Abdullah ibnu Umar radhiyallahu 'anhu , dinyatakan sahih dalam al-Irwa no. 313)

3. Saat sujud, Rasulullah bertumpu di atas kedua telapak tangannya. Hal ini sebagaimana termuat dalam hadits al-Bara’ ibnu ‘Azib radhiyallahu 'anhu , ia berkata,
يَسْجُدُ عَلَى أَلْيَتَيْ الكَفِّ n كَان رَسُوْلُ اللهِ
“Adalah Rasulullah  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam sujud diatas kedua telapak tangan bagian dalam.”
(HR. al-Hakim 1/227, al-Baihaqi 2/107, Ahmad 4/295. Lihat al-Ashl, 2/726)

4. Jari-jemari didekatkan (tidak direnggangkan) dan diarahkan ke kiblat. Wail ibnu Hujr radhiyallahu 'anhu menyebutkan,
كَانَ إِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ n أَنَّ النَّبِيَّ
“Apabila Nabi  sujud, beliau merapatkan jari-jemarinya.”
(HR. IbnuKhuzaimah no. 642, al-Hakim 1/227, dan al-Baihaqi 2/112, dengan sanad yang hasan. Lihat al- Ashl, 2/727)

Al-Bara’ radhiyallahu anhu mengabarkan,
إِذَا رَكَعَ بَسَطَ ظَهْرَهُ، وَإِذَا سَجَدَ n كَانَ النَّبِيُّ
وَجَّهَ أَصَابِعَهُ قِبَلَ الْقِبْلَةِ
“Apabila Nabi  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam rukuk, beliau membentangkan punggungnya, dan apabila sujud beliau mengarahkan jari jemarinya ke arah kiblat.”
(HR. al- Baihaqi 2/113, dengan sanad yang sahih, lihat al-Ashl 2/639)

5. Kedua telapak tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam diletakkan sejajar kedua pundak. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh hadits Abu Humaid as-Sa’idi radhiyallahu 'anhu,
وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ
مَنْكِبَيْه
“Beliau  menjauhkan kedua tangannya dari kedua pinggangnya dan Meletakkan kedua telapak tangannya setentang kedua pundaknya.”
(HR. at-Tirmidzi no. 270, Abu Dawud no. 734, dll., dinyatakan sahih dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi, Shahih Sunan Abi Dawud, dan al-Misykat no. 108)

Terkadang, tangan diletakkan setentang dengan kedua telinga, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Wail ibnu Hujr radhiyallahu 'anhu  dari jalan Zaidah,yang menceritakan tata cara shalat Rasulullah  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam yang disaksikannya. Di antaranya, Wail mengatakan,
ثُمَّ سَجَدَ فَجَعَلَ كَفَّيْهِ بِحِذَاءِ أُذُنَيْهِ
“Beliau lalu sujud dan meletakkan kedua telapak tangannya sejajar dengan kedua telinganya.”
(HR. Abu Dawud no. 726, an-Nasa’i no. 889, dll., dinyatakan sahih dalam Shahih Abi Dawud, Shahih Sunan an-Nasa’i, dan al-Irwa’ 2/68—69)