Monday, September 2, 2013

☂ Tata Cara Sujud ☂


Tata Cara Sujud
Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 081


Oleh  Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim

Tata cara sujud Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam berdasarkan hadits dan kabar yang datang dalam masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Sujud diatas tujuhtulang;
dahi dan hidung (teranggap satu bagian), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung telapak kaki. Artinya, ketujuh anggota tersebut harus menempel ke lantai saat seseorang sujud, tidak boleh terangkat. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Abdullah bin Abbas yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ—وَفِي رِوَايَةٍ: أُمِرْنَا أَنْ
نَسْجُدَ—عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ—
وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ—، وَالْيَدَيْنِ— وَفِي لَفْظٍ:
الْكَفَّيْنِ—، وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ…
“Aku diperintah (dalam satu riwayat, “Kami diperintah”1) untuk sujud di atas tujuh tulang: di atas dahi—dan  beliau mengisyaratkan tangannya ke atas hidung2—, dua tangan(dalam satulafadz, “dua telapak tangan”3), dua lutut, dan ujung-ujung dua telapak kaki.” (HR. al-Bukhari no. 812 dan Muslim no. 1098)
Dalam hadits al-Abbas ibnu Abdil Muththalib disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam bersabda,
إِذَا سَجَدَ الْعَبْدُ سَجَدَ مَعَهُ سَبْعَةُ آرَابٍ: وَجْهُهُ،
وَكَفَّاهُ، وَرُكْبَتَاهُ، وَقَدَمَاهُ
“Apabila seorang hamba sujud, sujud pula bersamanya tujuh anggotanya: dahinya, dua telapak tangannya, dua lututnya, dan dua telapak kakinya.”
(HR. Muslim no. 1100)

Tidak Cukup Hanya Menempelkan Dahi atau Hidung

Disebutkan di atas bahwa dahi dan hidung teranggap satu tulang/anggota, lantas apakah mencukupi apabila hanya salah satunya yang menempel ke bumi, ataukah harus kedua-duanya?
Dalam hal ini ada perselisihan di kalangan ulama. Abu Hanifah dan Ibnul Qasim dari kalangan pengikut al-Imam Malik berpandangan cukup sujud di atas salah satunya, hidung atau dahi saja. Kebanyakan fuqaha mazhab Syafi’i menganggap boleh sujud di atas sebagian dahi.
Namun, Ibnul Mundzir menukilkan adanya ijma’ sahabat tentang tidak sahnya sujud hanya di atas hidung tanpa dahi. Adapun jumhur berpendapat cukup sujud di atas dahi saja.

Sementara itu, al-Auza’i, Ahmad, Ishaq, Ibnu Habib dari kalangan mazhab Maliki, dan selain mereka menyatakan wajib menempelkan dahi dan hidung saat sujud. Ini adalah pendapat asy-Syafi’i juga (FathulBari 2/384, al-Minhaj,4/431). Pendapat inilah yang benar, insyaAllah, dengan dalil adanya perintah untuk sujud di atas dahi dan hidung.

Tidak Wajib Membuka Dahi Saat Sujud

Bisa jadi, saat sujud, dahi tertutup oleh pakaian yang dikenakannya, seperti kerudung yang dipakai oleh seorang wanita. Namun, kerudung yang menutupi dahi tersebut tidak wajib diangkat agar dahi bisa langsung bersentuhan dengan tempat sujud.
Al-Imam an-Nawawi t dalam al- Majmu’ (3/403) mengisyaratkan bahwa hal tersebut tidaklah wajib, termasuk pula membuka anggota sujud lainnya, seperti dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua telapak kaki. Menurut beliau, penamaan sujud telah tercapai dengan meletakkan anggota-anggota sujud tanpa perlu membuka/menyingkap penutupnya.

Anggota Sujud Tidak Sekadar Disentuhkan ke Lantai

Rasulullah benar-benar menempelkan hidung dan dahinya ke lantai saat sujud, sebagaimana ditunjukkan oleh  hadits Abu Humaid as-Sa’idi z yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 270) dan Abu Dawud (no. 723), serta dinyatakan sahih dalam al-Misykat (no. 108).
Beliau berkata kepada sahabat yang salah shalatnya(al-Musi’uShalatahu) sebagaimana dalam hadits Rifa’ah ibnu Rafi’ radhiyallahu 'anhu,
إِذَا سَجَدْتَ فَمَكِّنْ لِسُجُوْدِكَ
“Apabila engkau sujud, mapankan sujudmu(dengan benar-benar menempelkan anggota sujud kebumi).” (HR. Abu Dawud no. 859, dinyatakan hasan dalam Shahih Abi Dawud)
Dalam sebuah riwayat,
إِذَا أَنْتَ سَجَدْتَ فَأَمْكَنْتَ وَجْهَكَ وَيَدَيْكَ
حَتَّى يَطْمَئِنَّ كُلُّ عَظْمٍ مِنْكَ إِلَى مَوْضِعِهِ
“Apabila engkau sujud, mapankan wajah dan kedua tanganmu (di tempat sujud) hingga seluruh tulangmu tenang ditempatnya.” (HR. IbnuKhuzaimah no. 638 dengan sanad yang hasan, al-Ashl, 2/733) Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam juga menyatakan,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُصِيْبُ أَنْفَهُ مِنَ الْأَرْضِ مَا
يُصِيْبُ الْجَبِيْنُ
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak menempelkan hidungny kebumi sebagaimana halnya dahi.”
(HR ad- Daraquthni no. 1303, al-Baihaqi 2/104, dan al-Hakim 1/270, dari Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu)

Al-Hakim menyatakannya sahih menurut syarat al-Bukhari. Hal inidibenarkan oleh adz-Dzahabi. Al-Imam Albani menyatakan bahwa hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh keduanya, hanya saja ad-Daraquthni, al-Baihaqi, dan at-Tirmidzi mengatakan ada ‘illatnya, yaitu hadits ini mursal.
Akan tetapi, ada riwayat dari Ikrimah dari jalur yang lain secara maushul (bersambung sanadnya) sehingga riwayat yang mursal tersebut menjadi kuat. Ada pula riwayat pendukungnya dari hadits Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha yang dikeluarkan oleh ad-Daraquthni (no.1302) dan hadits Ummu Athiyyah radhiyallahu 'anha yang dikeluarkan oleh ath-Thabarani.(al-Ashl, 2/735)

2. Kedua tangan ikut sujud bersama wajah dan diangkat saat wajah diangkat. Dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam ,
إِنَّ الْيَدَيْنِ تَسْجُدَانِ كَمَا يَسْجُدُ الْوَجْهُ، فَإِذَا
وَضَعَ أَحَدُكُمْ وَجْهَهُ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ، وَإِذَا رَفَعَ
فَلْيَرْفَعْهُمَا
“Sesungguhnya kedua tangan itu sujud sebagaimana halnya wajah bersujud. Apabila salah seorang dari kalian meletakkan wajahnya, hendaknya ia meletakkan kedua tangannya.Apabila ia mengangkat wajahnya, hendaknyaia mengangkat kedua tangannya pula.”
(HR. Abu Dawud no. 892danlainnya dari hadits Abdullah ibnu Umar radhiyallahu 'anhu , dinyatakan sahih dalam al-Irwa no. 313)

3. Saat sujud, Rasulullah bertumpu di atas kedua telapak tangannya. Hal ini sebagaimana termuat dalam hadits al-Bara’ ibnu ‘Azib radhiyallahu 'anhu , ia berkata,
يَسْجُدُ عَلَى أَلْيَتَيْ الكَفِّ n كَان رَسُوْلُ اللهِ
“Adalah Rasulullah  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam sujud diatas kedua telapak tangan bagian dalam.”
(HR. al-Hakim 1/227, al-Baihaqi 2/107, Ahmad 4/295. Lihat al-Ashl, 2/726)

4. Jari-jemari didekatkan (tidak direnggangkan) dan diarahkan ke kiblat. Wail ibnu Hujr radhiyallahu 'anhu menyebutkan,
كَانَ إِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ n أَنَّ النَّبِيَّ
“Apabila Nabi  sujud, beliau merapatkan jari-jemarinya.”
(HR. IbnuKhuzaimah no. 642, al-Hakim 1/227, dan al-Baihaqi 2/112, dengan sanad yang hasan. Lihat al- Ashl, 2/727)

Al-Bara’ radhiyallahu anhu mengabarkan,
إِذَا رَكَعَ بَسَطَ ظَهْرَهُ، وَإِذَا سَجَدَ n كَانَ النَّبِيُّ
وَجَّهَ أَصَابِعَهُ قِبَلَ الْقِبْلَةِ
“Apabila Nabi  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam rukuk, beliau membentangkan punggungnya, dan apabila sujud beliau mengarahkan jari jemarinya ke arah kiblat.”
(HR. al- Baihaqi 2/113, dengan sanad yang sahih, lihat al-Ashl 2/639)

5. Kedua telapak tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam diletakkan sejajar kedua pundak. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh hadits Abu Humaid as-Sa’idi radhiyallahu 'anhu,
وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ
مَنْكِبَيْه
“Beliau  menjauhkan kedua tangannya dari kedua pinggangnya dan Meletakkan kedua telapak tangannya setentang kedua pundaknya.”
(HR. at-Tirmidzi no. 270, Abu Dawud no. 734, dll., dinyatakan sahih dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi, Shahih Sunan Abi Dawud, dan al-Misykat no. 108)

Terkadang, tangan diletakkan setentang dengan kedua telinga, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Wail ibnu Hujr radhiyallahu 'anhu  dari jalan Zaidah,yang menceritakan tata cara shalat Rasulullah  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam yang disaksikannya. Di antaranya, Wail mengatakan,
ثُمَّ سَجَدَ فَجَعَلَ كَفَّيْهِ بِحِذَاءِ أُذُنَيْهِ
“Beliau lalu sujud dan meletakkan kedua telapak tangannya sejajar dengan kedua telinganya.”
(HR. Abu Dawud no. 726, an-Nasa’i no. 889, dll., dinyatakan sahih dalam Shahih Abi Dawud, Shahih Sunan an-Nasa’i, dan al-Irwa’ 2/68—69)


0 comments:

Post a Comment