Monday, September 30, 2013

✿ Pengharapan Hanya Pada ALLAH ✿






Kadar kekecewaan itu akan senantiasa berbanding lurus dengan tingkat pengharapan kita pada manusia. Semakin berharap, maka semakin besar kekecewaan yang akan kita tuai.
Pengharapan pada manusia, seperti bola salju yang siap pecah pada suatu ketika. Seperti bom waktu yang siap meledak pada suatu masa. Ketika pecah dan meledak itulah, artinya akumulasi kekecewaan itu mencapai titik jenuhnya.
Begitulah…
Karena hidup punya dinamika.
Juga karena bukan jamaah para malaikat yang penuh kesempurnaan…
Sebab itu, kita tidak punya alasan untuk kecewa…terhadap apapun itu…terhadap siapapun itu…
Karena, diri kita pun, terlalu jauh dari sempurna…

Bagaimanapun…
Setiap kita, masih ingin mengokohkan pijakan di jalan ini…
Berjuang…dijalan ini…karena-Nya…
Tapi bukan sendiri…bukan infirodi…
Melainkan dalam jama’ah ini…dalam satu naungan : ISLAM!

Allah ghoyatunaa….
Wa jihad sabilunaa…
Almautu fi sabilillaah…Asmaa amaninaa…

Ya muqallibal quluub…
Tsabit qalbina ‘alaa diinik…’ala tho’atik…

Allahumma innaka ta’lamu anna haadzihil quluub…
Qodijtama’at ‘ala mahabbatik…
Tataqot ‘ala thoo’atik..
Watawahhadat ‘ala da’watik…
Wata’aahadat ‘ala nushrati syarii’atik..
Fawatsiqillaahumma rabthotahaa…
Fawatsiqillaahumma rabthotahaa…
Waadimwuddaha wahdihaa subulaha…
Wamlakhaa binuurikalladzi laa yakhbuu wasyrah sudurohaa bifaidil iimanibik…
Wajamitawakkuli ‘alaik…
Wa ahyihaa bima’rifatik….
Wa amithaa ‘alasy-syahaadati fii sabilik…
Innaka ni’mal maula wa ni’mannashiir…
Allahumma aamiiin…


(✿◠ ‿ ◠)

✿ Kubaca Firman Persaudaraan ✿



"Sungguh tiap mukmin bersaudara",
aku merasa, kadang ukhuwah tak perlu dirisaukan,
karena ia hanyalah akibat dari Iman.

aku ingat pertemuan pertama kita,
sahabat sayang, dalam dua detik,
aku telah merasakan perkenalan, bahkan kesepakatan.

Itulah ruh-ruh kita yang saling menyapa,
berpeluk mesra, dengan iman yang menyala..
mereka telah mufakat, meski lisan belum saling sebut nama,
dan tangan belum berjabat ..

Aku makin tahu...
persaudaraan tak perlu dirisaukan..
karena saat ikatan melemah,
saat keakraban kita rapuh,
saat salam terasa menyakitkan,
saat kebersamaan serasa siksaan,
saat pemberian bagai bara api,
saat kebaikan justru melukai..

aku tahu yang rombeng bukan ukhuwah kita,
hanya iman-iman kita yg sedang sakit,
atau mengerdil, 
mungkin dua-duanya,
mungkin kau saja,
tapi tentu lebih sering imanku.

Kubaca firman Persaudaraan Sahabat sayang,
dan aku makin tahu,
"para kekasih pada hari itu, sebagian menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang2 yang bertaqwa .."

"Persaudaraan adalah mu'jizat, wadah yng saling berikatan"
dengannya ALAH persatukan hati-hati berserakan,
saling bersaudara, merendah, memahami, mencintai.
dan saling berlembut hati Terhubung Ke Langit.

Berdirimu diwaktu malam,
sujudmu yang dalam,
mengokohkan hatimu melebihi gunung membiru.

Lalu kau terima beban untuk mencintai semesta,
membagi senyum ketika kau terluka,
memberi minum ketika kau dahaga,
dan menghibur jiwa-jiwa ketika kau berduka.

Dan bersamalah disini.
Malam berlalu,
tapi tak dapat kupejamkan mata dirundung rindu kepada mereka,
yang wajahnya mengingatkanku akan syurga..
agar sempat kukatakan pada mereka..
"aku mencintai kalian karena ALLAH"


*Dalam Dekapan ukhuwah*

Sunday, September 22, 2013

Perahu untuk "Aisha" (✿◠ ‿ ◠)

Kulabuh perahu kertas ke air mengalir di sebuah anak sungai
ku yakin ia tidak akan bertahan hingga ke laut, karena ia hanyalah kertas
namun yang kuyakini adalah kalimat dan 'azzam yg tertulis di dalamnya
bahwa suatu saat kupasti mengajakmu melabuhkan angan di langit firdaus

Kutulis dan kurangkai ribuan perahu impian itu
perahu yg membawa visi jauh melampaui batas samudra
karena kejayan itu bukan karena kuatnya raga dan hebatnya ilmu
tapi karena kelemahanku yang mulai mencintaimu...

*ini Na copast dari FB teman...suka sangaddd dengan kata-kata yang ini "bahwa suatu saat kupasti mengajakmu melabuhkan angan di langit firdaus" (✿◠ ‿ ◠)

Friday, September 20, 2013

☂ Gerimis Senja itu ☂


Pada gerimis senja itu, 
rintiknya selalu menggegaskan kita berbincang tentang gigilnya yang beku, utuh. Mengajari kita yang selalu saja diliputi ragu, terburu, atau mendebu; dalam keheningan yang tak pernah menjadikan kita segenap khusyuk. Gerimis senja itu, menari mengingatkanku akanmu; yang menyederhanakanmu pada puisi yang selalu kau tagih, mendiksikanmu lirih.

Dilangit yang lain senja itu, mentari selalu menceriakan kita dalam keanggunannya yang menjarumi lembayung, syahdu. Menasihati kita untuk selalu mengazzamkan keyakinan akan mimpi-mimpi; yang mencipta dunia. Gerimis senja itu mengingatkanku akanmu; yang menawankanku pada sajak yang selalu kau harap, mendiksikanmu senyap. 

Gerimis senja itu menjelma hujan, selalu mengajak kita menafakuri kejatuhannya yang menari bebas, ikhlas. memahamkan kita akan keterikatan takdir yang menyabar waktu; seperti hujan yang menyisi pelangi; menikmati sepenuh syukur, mengikhtiarkan segenap keringat, merapali seyakin doa. 
mengingatkanku akanmu; yang mengejawantahkanku pada prosa yang selalu kau minta, mendiksikanmu manja.

Gerimis senja itu; di langit itu; di langit hatiku,  akan selalu terukir namamu; 
aku tetap merindu dalam setiap sujud malamku; 
aku tetap mencinta, dalam segenap doa-doa; 
aku tetap menanti, hingga Tuhan merestui; hadirmu di sini..

*padamu : Pemilik Tulang Rusuk*


kita berjalan bersama,
dengan langkah yang kecil-kecil saja
dengan cara yang juga biasa saja
sedepa, sehasta, menggunung cinta.. ♥ (✿◠ ‿ ◠)


Sunday, September 15, 2013

✿ ceracau tanpa judul ✿


Selamat pagiii semestaaaa...selamat pagi bloggieeee...!!

udah lama Na ga meninggalkan jejak di ruang ini...ruang yang slalu membuat Na merasa nyaman untuk berlama-lama menghabiskan jenak dan jeda dari rutinitas yang terkadang membuat ingin menunduk menahan air mata dan memeluk erat resah yang terkadang hadir tanpa Na minta...
udah lama juga Na memendam rindu untuk meracau tentang gerimis yang slalu datang mengetuk jendela kamar Na..
aah...kamu tau bloggie, gerimis itu begitu setia menyapa Na, menemani sunyi hari-hari Na...

Terkadang sesekali Na berharap yang hadir menemani Na itu lengkung warna warni sang bianglala
karna Na ga mau gerimis menghabiskan waktunya untuk selalu bersama Na...ia juga punya ruang nya sendiri, untuk berbagi kedamaian dan kesejukan pada sahabatnya yang lain yang berada di belahan bumi lain sana yang mungkin juga teramat sangat merindukan hadirnya...

aaaaah...lagi-lagi Na berharap pada sang bianglala, padahal gerimis dengan setia menemani Na dengan segala kelembutannya yang membuat Na slalu merasa nyaman..Sudah lama sekali rasanya kita tak pernah punya waktu berdua saja seperti ini. Ada begitu banyak kisah yang ingin Na tumpahkan sampai berbusa-busa pada tiap teduhnya yang ia tinggalkan ketika ia beranjak pergi...

hahaha...!
Na kok malah jadi melankolis gini yah...selalu dan selalu begitu, kehadiran gerimis saat senja membentangkan sayap jingganya yang anggun atau saat ia hadir di pagi hari menyapa segala penjuru dengan rintik-rintiknya yang menebarkan aroma basah tanah yang dengan tegar selalu menanmpung hadirnya, membuat Na merasa melow galow dan slalu meracow (hihihihi..apasih Na..?!)
apalagi belakangan ini kehadiran seseorang dalam hidup Na walau sesaat, mampu membuat Na jatuh, patah dan terluka (jiaaah bahasa orang galow bgt niiih :p)

terkadang benar, Kita menemukan sisi lain dari keindahan dunia ini saat menemukan seseorang yang membuat hati kita "berdesir", maka saat kehilangannya seharusnya itu menjadi inspirasi bagi Na bahwa segala sesuatu itu berjalan sesuai skenario-NYA..Karena terkadang, kita harus berani berjalan di jalan yang jarang dilalui orang lain..jalan yang berlimpah cinta-NYA...walau berat, walau sulit, walau terjal..tetaplah bermimpi pada jalan itu, pijakkan kaki dengan tegar...dan teruslah melangkah...Bertahanlah satu hari lagi…
Jangan menyerah hari ini…Karena kau tak pernah tahu apa yang esok hari akan tawarkan untuk mimpi-mimpi kita...!! 

hahahahaha!! Na parah yah kalau udah meracau, ga jelas arah tujuannya...yang pasti, saat ini Na sedang merasa kehilangan...kehilangan seseorang yang padanya sempat Na ukir beberapa mimpi-mimpi tentang masa depan Na kelak..

Ya sudahlah...Na ga mau mengotori pagi ini dengan perih luka yang hanya membuat Na merasa patah dan kalah...biarlah SEMESTA yang akan menjawab semua mimpi-mimpi Na, dengan "ia" atau mungkin bersama "dia" yang lain d(^__^)b

Na pamit yah bloggiee...sssttt...titip salam Na buat seseorang yang setia mengintip ruang ini, seseorang yang slalu muncul dari negeri seberang sana "Mountain View" California...welcome to this room..selamat menikmati ceracau gerimis senja yaaah...(ngerti bahasa Na ga yah dianya hihihi kayaknya ngerti dech abisnya paling setia ngintip ruang ini)    

♥ (✿◠ ‿ ◠)


***** Ingatkah kau..?

Kau pernah tertawa, juga menangis untuk tiap mimpimu..dan kau pun berjanji untuk selalu melakukan yang terbaik dalam hidupmu....
Kau tau? Waktu tak pernah menunggu siapa pun dalam perjalanannya, maka kembalilah melangkah. Lupakan sejenak tentang air mata yang mengikatmu, juga tawa yang membuatmu terlupa pada arah. Bukalah matamu, dan lihatlah...bahwa kau adalah cahaya sekaligus bayangan. 
Pahamilah, bahwa setiap kita adalah bintang yang bersinar, maka jangan pernah terhenti meski gelap menghalau langkahmu...
teruslah menjadi terang, dengan sinarmu...apa adanya....you're light, just the way you're...!! *****

Monday, September 2, 2013

☂ Tata Cara Sujud ☂


Tata Cara Sujud
Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 081


Oleh  Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim

Tata cara sujud Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam berdasarkan hadits dan kabar yang datang dalam masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Sujud diatas tujuhtulang;
dahi dan hidung (teranggap satu bagian), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung telapak kaki. Artinya, ketujuh anggota tersebut harus menempel ke lantai saat seseorang sujud, tidak boleh terangkat. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Abdullah bin Abbas yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ—وَفِي رِوَايَةٍ: أُمِرْنَا أَنْ
نَسْجُدَ—عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ—
وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ—، وَالْيَدَيْنِ— وَفِي لَفْظٍ:
الْكَفَّيْنِ—، وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ…
“Aku diperintah (dalam satu riwayat, “Kami diperintah”1) untuk sujud di atas tujuh tulang: di atas dahi—dan  beliau mengisyaratkan tangannya ke atas hidung2—, dua tangan(dalam satulafadz, “dua telapak tangan”3), dua lutut, dan ujung-ujung dua telapak kaki.” (HR. al-Bukhari no. 812 dan Muslim no. 1098)
Dalam hadits al-Abbas ibnu Abdil Muththalib disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam bersabda,
إِذَا سَجَدَ الْعَبْدُ سَجَدَ مَعَهُ سَبْعَةُ آرَابٍ: وَجْهُهُ،
وَكَفَّاهُ، وَرُكْبَتَاهُ، وَقَدَمَاهُ
“Apabila seorang hamba sujud, sujud pula bersamanya tujuh anggotanya: dahinya, dua telapak tangannya, dua lututnya, dan dua telapak kakinya.”
(HR. Muslim no. 1100)

Tidak Cukup Hanya Menempelkan Dahi atau Hidung

Disebutkan di atas bahwa dahi dan hidung teranggap satu tulang/anggota, lantas apakah mencukupi apabila hanya salah satunya yang menempel ke bumi, ataukah harus kedua-duanya?
Dalam hal ini ada perselisihan di kalangan ulama. Abu Hanifah dan Ibnul Qasim dari kalangan pengikut al-Imam Malik berpandangan cukup sujud di atas salah satunya, hidung atau dahi saja. Kebanyakan fuqaha mazhab Syafi’i menganggap boleh sujud di atas sebagian dahi.
Namun, Ibnul Mundzir menukilkan adanya ijma’ sahabat tentang tidak sahnya sujud hanya di atas hidung tanpa dahi. Adapun jumhur berpendapat cukup sujud di atas dahi saja.

Sementara itu, al-Auza’i, Ahmad, Ishaq, Ibnu Habib dari kalangan mazhab Maliki, dan selain mereka menyatakan wajib menempelkan dahi dan hidung saat sujud. Ini adalah pendapat asy-Syafi’i juga (FathulBari 2/384, al-Minhaj,4/431). Pendapat inilah yang benar, insyaAllah, dengan dalil adanya perintah untuk sujud di atas dahi dan hidung.

Tidak Wajib Membuka Dahi Saat Sujud

Bisa jadi, saat sujud, dahi tertutup oleh pakaian yang dikenakannya, seperti kerudung yang dipakai oleh seorang wanita. Namun, kerudung yang menutupi dahi tersebut tidak wajib diangkat agar dahi bisa langsung bersentuhan dengan tempat sujud.
Al-Imam an-Nawawi t dalam al- Majmu’ (3/403) mengisyaratkan bahwa hal tersebut tidaklah wajib, termasuk pula membuka anggota sujud lainnya, seperti dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung-ujung dua telapak kaki. Menurut beliau, penamaan sujud telah tercapai dengan meletakkan anggota-anggota sujud tanpa perlu membuka/menyingkap penutupnya.

Anggota Sujud Tidak Sekadar Disentuhkan ke Lantai

Rasulullah benar-benar menempelkan hidung dan dahinya ke lantai saat sujud, sebagaimana ditunjukkan oleh  hadits Abu Humaid as-Sa’idi z yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 270) dan Abu Dawud (no. 723), serta dinyatakan sahih dalam al-Misykat (no. 108).
Beliau berkata kepada sahabat yang salah shalatnya(al-Musi’uShalatahu) sebagaimana dalam hadits Rifa’ah ibnu Rafi’ radhiyallahu 'anhu,
إِذَا سَجَدْتَ فَمَكِّنْ لِسُجُوْدِكَ
“Apabila engkau sujud, mapankan sujudmu(dengan benar-benar menempelkan anggota sujud kebumi).” (HR. Abu Dawud no. 859, dinyatakan hasan dalam Shahih Abi Dawud)
Dalam sebuah riwayat,
إِذَا أَنْتَ سَجَدْتَ فَأَمْكَنْتَ وَجْهَكَ وَيَدَيْكَ
حَتَّى يَطْمَئِنَّ كُلُّ عَظْمٍ مِنْكَ إِلَى مَوْضِعِهِ
“Apabila engkau sujud, mapankan wajah dan kedua tanganmu (di tempat sujud) hingga seluruh tulangmu tenang ditempatnya.” (HR. IbnuKhuzaimah no. 638 dengan sanad yang hasan, al-Ashl, 2/733) Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam juga menyatakan,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُصِيْبُ أَنْفَهُ مِنَ الْأَرْضِ مَا
يُصِيْبُ الْجَبِيْنُ
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak menempelkan hidungny kebumi sebagaimana halnya dahi.”
(HR ad- Daraquthni no. 1303, al-Baihaqi 2/104, dan al-Hakim 1/270, dari Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu)

Al-Hakim menyatakannya sahih menurut syarat al-Bukhari. Hal inidibenarkan oleh adz-Dzahabi. Al-Imam Albani menyatakan bahwa hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh keduanya, hanya saja ad-Daraquthni, al-Baihaqi, dan at-Tirmidzi mengatakan ada ‘illatnya, yaitu hadits ini mursal.
Akan tetapi, ada riwayat dari Ikrimah dari jalur yang lain secara maushul (bersambung sanadnya) sehingga riwayat yang mursal tersebut menjadi kuat. Ada pula riwayat pendukungnya dari hadits Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha yang dikeluarkan oleh ad-Daraquthni (no.1302) dan hadits Ummu Athiyyah radhiyallahu 'anha yang dikeluarkan oleh ath-Thabarani.(al-Ashl, 2/735)

2. Kedua tangan ikut sujud bersama wajah dan diangkat saat wajah diangkat. Dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam ,
إِنَّ الْيَدَيْنِ تَسْجُدَانِ كَمَا يَسْجُدُ الْوَجْهُ، فَإِذَا
وَضَعَ أَحَدُكُمْ وَجْهَهُ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ، وَإِذَا رَفَعَ
فَلْيَرْفَعْهُمَا
“Sesungguhnya kedua tangan itu sujud sebagaimana halnya wajah bersujud. Apabila salah seorang dari kalian meletakkan wajahnya, hendaknya ia meletakkan kedua tangannya.Apabila ia mengangkat wajahnya, hendaknyaia mengangkat kedua tangannya pula.”
(HR. Abu Dawud no. 892danlainnya dari hadits Abdullah ibnu Umar radhiyallahu 'anhu , dinyatakan sahih dalam al-Irwa no. 313)

3. Saat sujud, Rasulullah bertumpu di atas kedua telapak tangannya. Hal ini sebagaimana termuat dalam hadits al-Bara’ ibnu ‘Azib radhiyallahu 'anhu , ia berkata,
يَسْجُدُ عَلَى أَلْيَتَيْ الكَفِّ n كَان رَسُوْلُ اللهِ
“Adalah Rasulullah  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam sujud diatas kedua telapak tangan bagian dalam.”
(HR. al-Hakim 1/227, al-Baihaqi 2/107, Ahmad 4/295. Lihat al-Ashl, 2/726)

4. Jari-jemari didekatkan (tidak direnggangkan) dan diarahkan ke kiblat. Wail ibnu Hujr radhiyallahu 'anhu menyebutkan,
كَانَ إِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ n أَنَّ النَّبِيَّ
“Apabila Nabi  sujud, beliau merapatkan jari-jemarinya.”
(HR. IbnuKhuzaimah no. 642, al-Hakim 1/227, dan al-Baihaqi 2/112, dengan sanad yang hasan. Lihat al- Ashl, 2/727)

Al-Bara’ radhiyallahu anhu mengabarkan,
إِذَا رَكَعَ بَسَطَ ظَهْرَهُ، وَإِذَا سَجَدَ n كَانَ النَّبِيُّ
وَجَّهَ أَصَابِعَهُ قِبَلَ الْقِبْلَةِ
“Apabila Nabi  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam rukuk, beliau membentangkan punggungnya, dan apabila sujud beliau mengarahkan jari jemarinya ke arah kiblat.”
(HR. al- Baihaqi 2/113, dengan sanad yang sahih, lihat al-Ashl 2/639)

5. Kedua telapak tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam diletakkan sejajar kedua pundak. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh hadits Abu Humaid as-Sa’idi radhiyallahu 'anhu,
وَنَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ
مَنْكِبَيْه
“Beliau  menjauhkan kedua tangannya dari kedua pinggangnya dan Meletakkan kedua telapak tangannya setentang kedua pundaknya.”
(HR. at-Tirmidzi no. 270, Abu Dawud no. 734, dll., dinyatakan sahih dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi, Shahih Sunan Abi Dawud, dan al-Misykat no. 108)

Terkadang, tangan diletakkan setentang dengan kedua telinga, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Wail ibnu Hujr radhiyallahu 'anhu  dari jalan Zaidah,yang menceritakan tata cara shalat Rasulullah  Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam yang disaksikannya. Di antaranya, Wail mengatakan,
ثُمَّ سَجَدَ فَجَعَلَ كَفَّيْهِ بِحِذَاءِ أُذُنَيْهِ
“Beliau lalu sujud dan meletakkan kedua telapak tangannya sejajar dengan kedua telinganya.”
(HR. Abu Dawud no. 726, an-Nasa’i no. 889, dll., dinyatakan sahih dalam Shahih Abi Dawud, Shahih Sunan an-Nasa’i, dan al-Irwa’ 2/68—69)