Thursday, April 18, 2013

✿ Tentang Cinta: Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam dan Pengemis Tua ✿




#CeritakuUntukmu#

Tentang Cinta: Muhammad dan Pengemis Tua

Sudah lama aku tak bercerita kepadamu. Seperti juga engkau yang sudah lama tak lagi bernyanyi untukku atau sekedar mencandaiku. Entah karena apa. Entah kenapa. Tiba-tiba hening begitu saja. Hingga tiba-tiba malam ini, malam di mana aku ingin bercerita kepadamu. Tentang cinta.

Sadarkah engkau, bahwa manusia semakin sempit memaknai cinta. Manusia mengira bahwa cinta adalah sekedar hubungan dua jenis manusia berbeda yang terbakar asmara. Lalu, senang gembira. Atau kecewa, yang anehnya enggan diterima.  

Engkau sabarlah sebentar, untuk mendengar ceritaku.

Di sudut pasar kota Madinah, ada laki-laki pengemis tua yang buta. Ia seorang Yahudi. Bajunya kotor dan kumal, dari mulutnya terus-menerus terlontar sumpah-serapah. Tak bosan-bosannya setiap hari ia mengumpat dan menghina nama Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam. Meski ia tak pernah melihat seperti apa sosok yang selalu dihinanya itu.

"Hati-hati kalian terhadap Muhammad! Dia itu penipu, pendusta, tukang sihir. Jangan pernah kalian dengarkan ucapannya. Jika tidak, kalian akan tersesat!!"

Setiap hari, ada seseorang yang selalu memberinya makanan. Bahkan tidak hanya memberikannya, ia pun menyuapinya. Dialah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam. Jika makanan itu terlalu sulit untuk dicerna oleh pengemis itu, maka Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam akan terlebih dahulu menghaluskannya. Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam tidak pernah berkata-kata kepadanya. Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam hanya datang membawa makanan lalu menyuapinya.

"Aku ingatkan kepadamu hai laki-laki berhati lembut.. Waspadalah pada Muhammad. Jangan pernah engkau tertipu dengan ucapannya yang pernuh dusta itu!" Umpatnya pada Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam yang sedang menyuapinya. Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam tersenyum dan mengusap-usap pundak pengemis tua itu. Demikianlah yang terjadi setiap hari.

Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam tak pernah berhenti menyuapinya, sebagaimana pengemis tua itu yang tak lelah memakinya. Hingga suatu ketika, ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala memanggil kembali Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam  menghadap-NYA. Bumi berselimut duka. Kabar ini dengan cepat tersebar ke seantero kota dan berbagai pelosok negeri. Tak terkecuali kepada telinga pengemis tua itu.

Betapa girang gembiranya ia mendengar kabar kematian Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam. "Muhammad sudah mati! Muhammad sudah mati!" teriaknya kepada orang-orang di pasar. Tangannya ia angkat-angkat, mata butanya nyalang ke segala arah bergerak-gerak.

Namun, seiring berita kematian Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam, tak ada lagi yang datang setiap hari untuk memberinya makan. Tak ada lagi yang dengan tulus lembut menghaluskan makanan dan menyuapinya. Tiada lagi orang yang setia mendengar umpatan dan hinaannya tentang Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam, sembari mengusap-usap pundaknya. Tiada lagi..

Di suatu ketika, Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu 'Anhu, sahabat Muhammad Rasulullah, datang berkunjung ke rumah putrinya, yang juga istri Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam , Aisyah Radhiallahu 'Anha.

"Putriku, adakah kebiasaan suamimu yang belum aku perbuat?" Tanya Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu pada putrinya.

Aisyah Radhiallahu 'Anha. menjawab, "Ayah, sungguh engkau adalah sahabat suamiku yang paling dekat dengannya. Engkaulah yang paling baik mengikuti sunnahnya. Namun, masih ada satu kebiasaannya yang belum ayah lakukan.."

"Apakah itu?"

"Muhammad Rasulullah setiap hari selalu pergi ke sudut kota Madinah. Ia datang ke sana untuk memberi makanan seorang pengemis Yahudi tua yang buta."

Mendengar cerita putrinya, Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu 'Anhu. bergegas untuk melakukannya. Di pagi hari, Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu pergi ke sudut pasar Madinah. Ia pun menemukan seorang pengemis tua buta yang diceritakan putrinya. Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu  mendekatinya. Pengemis tua itu bisa merasakan kedatangan seseorang kepadanya.

"Siapa engkau?!" Tanya pengemis tua itu dengan nada kasar.

"Aku orang yang biasa setiap hari datang untuk memberimu makan." Jawab Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu sembari meletakkan makanan di dekatnya.

Sejenak terdiam.. Lalu pengemis tua itu berkata, "Bukan! Engkau bukan orang itu. Orang itu selalu datang memberi makanan kepadaku dengan menyuapi aku."

Mendengar ucapan pengemis tua itu, terharulah Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu. Seketika ia teringat kepada sosok Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam yang teduh, santun dan selalu penuh kasih terhadap sesama. Mata Abu Bakar berkaca-kaca.

Dengan tangan sedikit gemetar  menahan haru, Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu mengambil sesuap makanan dan mulai menyuapi pengemis tua itu. "Akulah orang yang engkau maksud." Ucap Abu Bakar.

Namun, lagi-lagi pengemis tua itu menghardiknya, "Bukan! Engkau berbohong! Engkau bukan orang itu. Jika benar engkau orang itu, tentu aku tidak akan kesulitan mengunyah makanan ini. Orang itu selalu melembutkan makanan sebelum disuapkan kepadaku sehingga aku mudah memakannya. Siapa engkau sebenarnya??!" Pengemis tua itu geram.

Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu tak kuasa lagi membendung air matanya. Pipinya basah. Betapa Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu merindukan Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam . Rekaman sosok manusia mulia itu berputar kembali di benaknya.

"Siapa engkau sebenarnya??!" Tanya pengemis tua itu semakin geram.

Dengan suara bergetar, Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu menjawab, "Engkau benar, aku bukanlah orang yang engkau maksud. Aku adalah Abu Bakar, salah seorang sahabatnya. Orang yang engkau maksud telah tiada. Dia telah wafat. Dia adalah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam ."

Deg! Bagaikan dihantam gada, betapa terkejutnya pengemis tua itu. Orang yang setiap hari tak pernah lupa untuk membawakannya makanan dan menyuapinya adalah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam  yang selalu ia maki. Dialah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam , sosok yang selama ini teramat ia benci. Dialah Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam , sosok yang setiap hari setia mendengarkan umpatan dan caciannya sembari menyuapinya dengan lembut dan mengusap-usap pundaknya.

Bagaikan ditimpa reruntuhan langit, pengemis tua itu duduk terpuruk di atas tanah. Tak berdaya. Sungguh ia tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Betulkah yang engkau ucapkan itu?" Nada suaranya merendah.

"Benar. Ada apakah gerangan?!" Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu bertanya heran.

"Kalau begitu, sungguh ia adalah manusia mulia. Selama ini, dia tidak pernah marah sedikitpun dan tetap menyuapi aku dengan penuh kasih meski setiap hari pula aku mengumpat dan menghinanya, di depan matanya sendiri. Aku sungguh menyesal. Bagaimana caranya jika aku ingin menjadi pengikutnya?" Pengemis tua itu berlinang air mata.

Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu akhirnya menjadi saksi pengemis tua itu mengucapkan kalimat syahadat.

Demikianlah, Muhammad Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam . Sosok yang selalu menghadapi permusuhan dan kebencian dengan kasih sayang. Sehingga marah murka yang mengarah kepadanya, berganti menjadi iman dan cinta.

Ini ceritaku untukmu. Sungguh, aku tak bermaksud mengguruimu. Aku hanya ingin mengajakmu menelusuri labirin sejarah agama kita. Menelusuri lorong-lorong masa silam tentang manusia mulia yang bahkan hingga akhir hayatnya, tak berhenti memikirkan umatnya. Ia yang tak pernah berhenti mengkhawatirkan engkau, aku, mereka. Ia yang tak pernah surut mencintai kita.

Aku hanya ingin mengajakmu merasakan cintanya. Ia memang telah tiada. Namun, ia tak pernah meninggalkan kita. Sadarkah engkau, tentang pengorbanannya yang tiada terperi demi mengantarkan kita kepada nikmat teragung: nikmat iman. Bisakah engkau merasakan cintanya?