Wednesday, February 12, 2014

✿ Hallo (cinta) ✿


Hallo (cinta),
Sudah berapa lama kita tidak saling bersua?

Satu bulan..
  Dua bulan..
      Tiga bulan..
            Empat bulan..

Atau bahkan satu dekade..

Ada banyak kisah saat kamu tak ada. Tentu saja, bukan melulu tentang cinta kita yang semakin menua. Kita sama-sama belajar mendewasa. Seperti kamu tau, kita bukan lagi remaja merah merona dengan senyum malu-malu, tangan berkeringat, dan degupan jantung serupa desing peluru saat harus kembali bertemu. Banyak memori kita acuhkan begitu saja, mungkin karena terkadang kita perlu jeda dalam perjalanan ini.

Seringkali, kita menghabiskan waktu jumpa dengan sekedar bercerita. Bukan. Bukan saling bercerita seperti seharusnya, karena kamu hanya sibuk mendengarkan saja. Aku berceloteh tentang banyak hal; impian-impian kita, kekesalan-kekesalan yang tertunda, bahkan buku yang baru saja habis kubaca. Dan kamu tak pernah bosan mendengarkan semua cerita, juga semua doa di sela-selanya.

Terkadang aku memaksamu bercerita. Bercerita tentang apa saja. Semua cerita itu tak pernah benar-benar penting buatku, karena kehadiranmu adalah yang paling penting, dan mencintaimu tetaplah menjadi bagian terfavoritku dari semua cerita. Karena bahagia selalu sederhana. Bahagia menuliskan tiap lembar yang tersisa pada buku harianku dengan seluruh cerita-ceritamu, lalu menyelipkan beberapa bagian penting di dalamnya; sepertiga dengan namamu, sepertiga dengan namaku, dan sepertiga lagi dengan doa tentang kita. Tanpa perlu dipisahkan dari masing-masing bagiannya.
Betapa aku merindukan suara kita yang tertawa, yang bahkan aku hampir lupa bagaimana bunyi tawa itu. Dengan dua bola mata yang berbinar-binar bahagia, dan senyum dengan deretan gigi manis yang kamu banggakan setiap kita jumpa nanti, kamu selalu berhasil membuatku bahagia.

"Bukankah luka ini masih terlalu pagi, untuk membuat kita berhenti." tiap kali kita menjelma arakan gelombang emosi yang menderu. Karena tentu saja, mencintai adalah perihal menghadapi kesedihan-kesedihan dan tiap tetes air mata bersama-sama.
Lalu suatu hari kita berjalan bersama. Cukup langkahkan kaki perlahan saja. Tak perlu dengan langkah lebar dan tergesa, karena jemari kita masih harus saling menggenggam. Kita nikmati saja, karena kita masih harus sampai pada ujung perjalanan ini.

Maka jika cinta kita benar-benar tua suatu saat, selalu ada doa yang aku ucapkan diam-diam, “Tuhan, jadikan cintaku cinta yang baik untuk sepasang telinga yang kerap kali mendengarkan cerita ini. Dan jadikan aku mampu mencintainya dengan baik. Cinta yang selalu mengerti, bahwa dibalik punggung yang bergegas pergi, ada aku yang sedang menunggu,”

Tenang saja. Akan ada seseorang yang tidak akan kemana-mana sekalipun kamu dan dia terjebak dalam diam yang lama, sekaligus tetap tinggal mendengarkan dengan saksama, ketika kamu terlalu egois dan sibuk sendirian bercerita.

✿ Teruntukmu nanti, pangeran impian yang slalu menemani hari-hari lelahku...disini, ku menunggu hadirmu ✿

Monday, February 10, 2014

Barangkali ♥ (✿◠ ‿ ◠)


Barangkali aku jatuh cinta,
Pada rinai-rinai januari bersahaja,
Barangkali juga jatuh cinta,
Pada tetes-tetesnya yang memberi damai jiwa,
Barangkali aku jatuh cinta,
Pada energi langit yang seseorang dapat dari sujud di tiap malam sepertiganya,
Barangkali teramatnya aku jatuh cinta,
Pada akhirat yang ia tuju
Dan sepenuh hati mengamuflasekan dunia,
Barangkali Aku jatuh cinta,
Pada yang tak pernah menghentak, semarah apapun ia pada siapa,
Barangkali aku jatuh cinta,
Pada yang berjuang sekuat-kuat ia untuk diperhitungkan Rabb-nya menjadi yang IA cinta,
Barangkali aku ingin selamanya jatuh cinta,
Pada jalan pelangi ini, yang menghantarkan tenangnya jiwa, agungnya cinta, semunya duka,
Barangkali aku jatuh cinta,
Pada persephone,-warna disaat menutup mata..


*untaian kata berserakan di januari bersahaja* ♥ (✿◠ ‿ ◠)