Sunday, January 28, 2018

✿ 5 Point ✿



Dari Ibnu Umar Ra. ia berkata:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi kami (pada suatu hari) kemudian beliau bersabda,’


“Wahai kaum Muhajirin, lima perkara kalau kamu telah diuji dengannya (kalau kamu telah mengerjakannya), maka tidak ada kebaikan lagi bagi kamu.

Dan aku berlindung dengan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala, semoga kamu tidak menemui zaman itu. Perkara-perkara itu ialah:


1. Tidak tampak perzinaan pada suatu kaum sehingga mereka berani berterus terang melakukannya, melainkan akan berjangkit di kalangan mereka wabah penyakit menular (Tha’un) dengan cepat, dan mereka akan ditimpa penyakit-penyakit yang belum pemah menimpa umat-umat yang telah lalu

2. Dan tiada mereka mengurangkan sukatan/ukuran dan timbangan, kecuali mereka akan diuji dengan kemarau panjang dan kesulitan mencari rezeki dan kezaliman dari kalangan pemimpin mereka

3. Dan tidak menahan mereka akan zakat harta benda kecuali ditahan untuk mereka air hujan dari langit. Jikalau tidak ada binatang (yang juga hidup di atas permukaan bumi ini) tentunya mereka tidak akan diberi hujan oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala

4. Dan tiada mereka menyalahi akan janji ALLAH dan Rasul-NYA, kecuali ALLAH akan menurunkan ke atas mereka musuh yang akan merampas sebagian dari apa yang ada di tangan mereka

5. Dan apabila pemimpin-pemimpin mereka tidak melaksanakan hukum ALLAH yang terkandung dalam Al-Qur’an dan tidak mau menjadikannya sebagai pilihan, maka (di waktu itu) ALLAH akan menjadikan bencana di kalangan mereka sendiri.”

(HR. Ibnu Majah)

Dan......
'
'
'
aku melihat kelima point itu di sini..di indonesia-ku..ighfiir Yaa Rabb

✿ Ishbiir, De..! ✿




Atas amanah, kau juga pasti kadang sulit berpikir harus menerimanya untuk konsekuensi mengembannya penuh atas ALLAH sebagai ghoyah, dengan basis logika atau perasaanmu?

atau keduanya harus unggul, atau satu dari keduanya lebih kecil dari lainnya namun tetap keduanya?


lalu kemudian shalatmu dalam-dalam mengangkasa, dan jawaban turun semudah dari kau berpikir berbelit-belit tentang logika dan perasaan,-juga prioritas yang ada fiqh-nya.


aku tidak bilang semua ilmu jadi tidak penting.


namun ilmu dan pintamu pada keputusan ALLAH, sungguh jawabannya. Dan kamu De, berbijak-bijaklah dengan putusan-putusan. Asal bersamaNYA, asal teruntuk-NYA, laku, asa…


dan kau jangan bersedih. Orang beriman mana boleh bersedih?

pun orang-yang-sedang-berusaha-beriman, sepertimu, mana boleh bersedih?

kau sedang mengejar-ngejar cinta IA kan?

pengejaran cinta kepada se-abadi-abadi-nya cinta itu selalu berbuah manis, hey..


Cinta yang lebih besar lagi, juga penghidupan setelah dunia, yang penuh bahagia sepanjang tahun tak berpangkal. Jadikan ia hanya beberapa senti dari matamu ya.

Hingga setiap mata akan berbulir melagukan sedih, kau teringat lagi. Sedihmu tidak ditumpahkan atas menghina takdir. Tapi atas muhasabah lakumu belum sempurna mengimani-NYA; menjadi yang IA cinta, atau yang IA cintai. Atau bolehlah ia sebagai bulir yang hanya membahasakan cukup lelah menghadapi semua ini.

Cukup lelah tapi kau tidak menyerah.


Orang yang sedang jatuh cinta selalu berbunga-bunga. Kau tahu itu. Dan bila kau sedang jatuh cinta,-terlebih pada IA- kau seharusnya selalu berbunga-bunga. Atas apapun warna dan dera-. Jika belum, itu dusta. Yang kau tidak mau mati membersamainya, lalu tidak bertemu IA yang kau aku-akui kau cinta.


Bersabarlah De. Dan istiqomahlah dalam bersabar.


ia yang jatuh cinta tidak pada hal yang salah akan selalu berbunga-bunga.

Yakini saja.

Kamu pasti bisa.

Bi taufiqillah..

Sunday, February 19, 2017

Ayo Hujan-hujanan, Nak!


Ayo Hujan-Hujanan, Nak!

 

Oleh: Ust. Budi Ashari, Lc (parentingnabawiyah.com)

Ayo Nak, hujan-hujanan…

Karena ini bukan sekadar sebuah kesenangan bermain dengan rintik dari langit yang memang sangat menyenangkan. Juga bukan sekadar penelitian ilmiah tentang manfaat hujan, yang baru hangat dibahas hari-hari ini.

Hal ‘sepele’ ini perlu dibahas karena anak-anak pasti senang hujan-hujanan.
Sementara para orangtua hari ini cenderung berkata: “Jangan, nanti sakit, nanti masuk angin, nanti demam, nanti pilek…” Dst.

Apakah itu konsep parenting yang benar?

Dengarkan kisah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berikut ini:

قَالَ أَنَسٌ: أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى»

Anas berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam kehujanan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar terkena air hujan. Kami bertanya, ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan ini?
Beliau menjawab, “Karena ia baru saja datang dari Rabb Ta’ala.” (HR. Muslim)

An-Nawawi menjelaskan hadits ini,
“Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan ALLAH Ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya. Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat kami bahwa dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap –yang bukan aurat- agar terkena hujan.” (Al Minhaj)

Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan.
Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata, “Wahai Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena hujan!”

Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan, keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian berkata, “Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan dan bejana.”

Abul Abbas Al-Qurthubi juga menjelaskan,
“Ini yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan mencari obat. Karena ALLAH ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi, suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman. Diambil dari hadits tentang penghormatan terhadap hujan dan tidak boleh merendahkannya.” (Al Mufhim)

Bahkan para ulama, seperti Al Bukhari dalam Shahih-nya dan Adabul Mufrod, Muslim dalam Shahih-nya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro. Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang anjuran hujan-hujanan.

Masihkah ada yang menyangsikan bahwa hujan-hujanan itu dianjurkan?
Mengapa kita menuduh hujan yang berkah sebagai sumber malapetaka?
Kita sebagai orangtua tentu bisa mengamati kondisi anak kita di hari itu, saat hujan turun.
Jika mereka tidak terlalu bugar, kita bisa melarangnya. Namun jika mereka sedang sehat dan bugar, mengapa kita larang?
Tak usah khawatir. Hujan adalah keberkahan, kesucian, pengirim ketenangan, bahkan penghilang kotornya gangguan syetan.

Selesai hujan-hujanan, suruhlah mereka mandi, mengguyur kepalanya, minum madu, habbatus sauda’ dan lainnya. Agar kekhawatiran itu pergi. Dan keberkahanlah yang telah mengguyur kepala dan sekujur badan mereka.


Jadi, sudah siap hujan-hujanan?

Monday, October 24, 2016

✿ Rindu yang Tuntas? ✿



Selamat lembayung, senja!

Seperti apa rasanya rindu yang tuntas?

Apakah sama ketika aku menulis setumpuk ceracauan tentang dia,
namun terus memilih bersembunyi di balik diksi-diksi dan metafora?

Apa serupa aku yang memeluk senja diantara bertumpuk-tumpuk deadline, diantara tas yang diselempang dan perlahan langkah kaki terburu melenggang pulang?

Apakah seperti aku yang tergesa-gesa mengalihkan tatap saat bertemu mata, padahal sebenarnya enggan?

Atau barangkali,
Sejatinya,
tidak pernah ada rindu yang benar-benar tuntas?
.
.
.

✿ Senja kali ini ✿



Senja kali ini cerah,
seperti kemarin dan kemarinnya lagi.
Aku tidak galau.
Tidak juga rindu.
Terlebih lagi gerimis.

Entah kenapa,
akhir-akhir ini aku hanya ingin menulis tentang banyak hal yang berbeda, berserak, untuk kemudian menyatukannya meski aku sendiri tak mengerti.

Rasanya melayang.
Seperti kupu-kupu bersayap elok yang terbang melintasi beranda,
ranting pepohonan,
bubungan rumah,
hingga menuju angkasa.
Bebas.
Tanpa sedikitpun cemas.

Seperti gerimis yang mampu membawa pelangi di senja hari,
aku ingin sekuat itu.

Ketika senja datang,
aku hanya ingin menghadirkan distorsi yang membentuk bahasa manis dalam aksara kata.

Mulanya aku mencoba menulis tentangmu.
Menjadikanmu sebagai poros ide pada setiap bait yang kurangkai.
Namun rumit.
Sulit.
Menghimpit.
Meski pada kenyataannya kau pernah mengijinkanku menulis untukmu,
tapi tetap saja aku tak mampu.
Mungkin itulah sekian dari ketidak sempurnanaanku dalam dimensi kita.

Terkadang,
itu pula yang membuatku ingin berkata pada Tuhan untuk menghapus sedikit saja jarak yang tergores.

Atau setidaknya,
memberiku kekuatan penuh untuk tetap berlari pada masa depan yang sama denganmu.

Karena sejujurnya aku enggan menjadi utara dan membiarkanmu menjadi selatan.
Lalu kita sama-sama kebingungan, menentukan arah dan titik untuk bertemu.
.
.
.
Ps : dia, kamu, kau, 'mu', dalam tiap ceracauan bisa saja kopi, senja, hujan, gerimis dll tidak melulu tentang lawan jenis 😅

Tuesday, October 11, 2016

✿ Meramu Rasa ✿



Maka apabila malam adalah tentang rasa,
yang harus kau ramu adalah jangan terlalu banyak merasa.
bahwa adalah suatu istimewa ;yang biasa. ia biasa-biasa saja dilalui satu persatu dinamika.. dipuja, dihina, di kanan-kiri-kan, di-enyah-kan, di-tidak hargai, di mati rasai,
;sebab bahagia bersama ALLAH.
sebab fokusnya Dzat Termulia itu. Bukan manusia.
Peduli apa dengan caci maki manusia yang sama-sama makhluk hina?
Sungguh, DIA saja yang boleh meresahkan hatimu atas segala penilaian.


apa kau pernah melihat bola mata yang redup?
ada pada mata kaca-kaca yang sedang melongoki jejaknya.
dirasa penuh lumpur, debu, dan rerongsokkan menutupi cahaya.
kemudian ingin merutuki tapak-nya di jalan yang dulu sebelum dilalui,
dunia tidak pernah se-rumit ini.
tapi siapa bilang?
sebelum hadir cahaya, mana pernah kau melihat?


kau tahu?

yang paling harus kau cemaskan sekarang adalah, penilaian orang terhadapmu menyita waktu lebih dari usahamu mendapat nilai outstanding di mata-NYA.
Maka hutangmu adalah menangis.
Malam ini, meminta maaf kepadaNYA.
Sebab bila cinta-NYA saja masih jauh, aku mohon, jangan dekatkan murka-NYA.
aku mohon.

karena bergerak, tersibukkan, jatuh-bangun adalah penanda bahwa kita hidup.
Maka nikmati saja fase-nya, pendewasaan-nya :)
Yang kau butuhkan hanya memperhatikan bagaimana imanmu..
karena hanya iman lah yang menjadikan,
pahit-getir bukan persoalan
sulit-banyak rintang bukan kerisauan
;sebab bahagia bersama ALLAH..


"extraordinary things for extraordinary people"
;hidup kan tentang bagaimana kita mengatasi
masalah..
;kita mungkin manusia biasa-biasa saja, tapi iman
harus diuji agar ia sah diakui.
(2012, By : Salim A. Fillah)


Dan,

mu’min itu, ia yang selalu bersemangat-optimis akan hidup ini.
Karena selama ingat surga & janjiNYA,
memangnya kau butuh motivasi apalagi?

Fashobrun jamiil..
Wallahul musta’aan ‘alaa maa tashifuun.. (QS.12:18)

✿ Belajar ✿



“Orang-orang itu telah melupakan bahwa belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu,

namun,

belajar itu sendiri, adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri.” 



Quote by : Andrea Hirata

Dan, 

Dimana penghargaanmu pada dirimu sendiri,
jika untuk sekedar menulis sesuatupun 
engkau hanya bisa MENCURI karya tulis orang lain
.
.
.
.
Say No To Plagiat