Sunday, February 19, 2017

Ayo Hujan-hujanan, Nak!


Ayo Hujan-Hujanan, Nak!

 

Oleh: Ust. Budi Ashari, Lc (parentingnabawiyah.com)

Ayo Nak, hujan-hujanan…

Karena ini bukan sekadar sebuah kesenangan bermain dengan rintik dari langit yang memang sangat menyenangkan. Juga bukan sekadar penelitian ilmiah tentang manfaat hujan, yang baru hangat dibahas hari-hari ini.

Hal ‘sepele’ ini perlu dibahas karena anak-anak pasti senang hujan-hujanan.
Sementara para orangtua hari ini cenderung berkata: “Jangan, nanti sakit, nanti masuk angin, nanti demam, nanti pilek…” Dst.

Apakah itu konsep parenting yang benar?

Dengarkan kisah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berikut ini:

قَالَ أَنَسٌ: أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى»

Anas berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam kehujanan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar terkena air hujan. Kami bertanya, ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan ini?
Beliau menjawab, “Karena ia baru saja datang dari Rabb Ta’ala.” (HR. Muslim)

An-Nawawi menjelaskan hadits ini,
“Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan ALLAH Ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya. Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat kami bahwa dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap –yang bukan aurat- agar terkena hujan.” (Al Minhaj)

Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan.
Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata, “Wahai Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena hujan!”

Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan, keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian berkata, “Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan dan bejana.”

Abul Abbas Al-Qurthubi juga menjelaskan,
“Ini yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan mencari obat. Karena ALLAH ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi, suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman. Diambil dari hadits tentang penghormatan terhadap hujan dan tidak boleh merendahkannya.” (Al Mufhim)

Bahkan para ulama, seperti Al Bukhari dalam Shahih-nya dan Adabul Mufrod, Muslim dalam Shahih-nya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro. Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang anjuran hujan-hujanan.

Masihkah ada yang menyangsikan bahwa hujan-hujanan itu dianjurkan?
Mengapa kita menuduh hujan yang berkah sebagai sumber malapetaka?
Kita sebagai orangtua tentu bisa mengamati kondisi anak kita di hari itu, saat hujan turun.
Jika mereka tidak terlalu bugar, kita bisa melarangnya. Namun jika mereka sedang sehat dan bugar, mengapa kita larang?
Tak usah khawatir. Hujan adalah keberkahan, kesucian, pengirim ketenangan, bahkan penghilang kotornya gangguan syetan.

Selesai hujan-hujanan, suruhlah mereka mandi, mengguyur kepalanya, minum madu, habbatus sauda’ dan lainnya. Agar kekhawatiran itu pergi. Dan keberkahanlah yang telah mengguyur kepala dan sekujur badan mereka.


Jadi, sudah siap hujan-hujanan?

0 comments:

Post a Comment