Friday, December 27, 2013

✿ Jika Na Jadi Ibu ♥ (✿◠ ‿ ◠)


Jika suatu saat nanti kau jadi ibu,
Ketahuilah bahwa telah lama umat menantikan ibu yang mampu melahirkan pahlawan seperti Khalid bin Walid.
Agar kaulah yang mampu menjawab pertanyaan Anis Matta dalam Mencari Pahlawan Indonesia:
“Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan?
Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid?”

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu,
jadilah seperti Asma’ binti Abu Bakar yang menjadi inspirasi dan mengobarkan motivasi anaknya untuk terus berjuang melawan kezaliman.
“Isy kariman aw mut syahiidan! (Hiduplah mulia, atau mati syahid!),” kata Asma’ kepada Abdullah bin Zubair.
Maka Ibnu Zubair pun terus bertahan dari gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa mau tunduk kepada kezaliman. Hingga akhirnya Ibnu Zubair syahid. Namanya abadi dalam sejarah syuhada’ dan kata-kata Asma’ abadi hingga kini..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, 
jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar..
Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam dengan potensinya yang lain..
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wa Sallam karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini : Zaid bin Tsabit..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu,
jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, 
jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya. Seperti Ummu Habibah.
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya.
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya: “Yaa ALLAH Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMU.
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-MU. Oleh karena itu aku bermohon kepada-MU Yaa ALLAH, permudahlah urusannya. Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, amin!”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya,
tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu,
jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman.
Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan..Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais..

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, 
jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses.
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu. Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu. 
Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri.
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor. Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

Source: WA Super Mother



✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿


Nangiiiis baca ini..
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu.. 
mendengarnya semacam Na artikan;
“Jika suatu saat nanti telapak kaki ALLAH perkenankan jadi syurga..”
Sambil teringat ada berapa banyak anak-anak masa depan yang tak direncanakan jadi hebat-apalagi teruntuk ummat. 
Sang ibu yang kini masih sibuk mengisi harinya dengan menegasikan persiapan dalam memiliki mereka...
Hari-harinya senang-senang semu, menumpuk dosa..menjauhi syurga. Jangankan persiapan jadi ibu, memilih yang membersamai hingga ke syurga saja, mungkin Na tak tahu bagaimana caranya. 
Atau tak mau Na memilih yang pergi kesana..?? (#eh bukan kok *Big Grin* :D)

Ah anak-anak masa depan, 
kepada siapa kelak tangan mungil kalian bergelayut meminta dididik jadi Khalid bin Walid, Imam Ahmad, Imam Malik, Abdurrahman As Sudais, atau Ahmad Zewail?
Tidak juga selalu mempersiapkannya Na yang si yang menulis ini...Terkadang lalai dengan terfokus pada permasalahan hidupnya semata..
Lalai ia bahwa meniti hari bukan tentang dirinya sendiri..
Dengan sangat percaya bahwa setiap serpih gula yang semut temukan saja adalah bagian dari rencana-NYA, 

Berbenah De...!!!
Being mom is a big deal...!!!
Preparation is a must..!!!

♥ (✿◠ ‿ ◠)





0 comments:

Post a Comment