Setelah sekian lama mengakhiri waktu di bangku
kuliah, baru kemarin Na dipertemukan dengan lembar kerja siswa (LKS) murid 1
SD. Maksudnya, sudah lama sekali Na tidak menyentuh 'barang-barang sekolahan'.
Terlebih lagi melihat LKS yang dibuat dari kertas daur ulang itu.. wah..
membuat memori semasa kecilku terulang kembali..
Namun bukan masalah childhood memories yg ingin Na sampaikan, tapi ini masalah keyakinan yang dibentuk saat kita kecil hingga kini..
Namun bukan masalah childhood memories yg ingin Na sampaikan, tapi ini masalah keyakinan yang dibentuk saat kita kecil hingga kini..
Ada yang pernah mengetahui atau mendengar kata " Nafi Isbat " ?
Singkatnya, Nafi Isbat adalah tentang pelajaran menafikkan hal yang nyata dan meyakini yang ghaib. Misalnya begini,
Obat tidak dapat menyembuhkan.. ALLAH yang menyembuhkan.. Obat untuk menyembuhkan berhajat kepada ALLAH.. ALLAH menyembuhkan tidak berhajat kepada obat.. Jika ALLAH berkehendak ALLAH bisa menyembuhkan dengan obat, jika ALLAH berkehendak ALLAH bisa menyembuhkan tanpa obat. Jika ALLAH berkehendak ada obat tapi tidak sembuh-sembuh.. Laa ilaaha illALLAH
Dari rangkaian kalimat di atas, bisa kita tarik kesimpulan..
Makhluk tidak bisa , ALLAHlah yang
melakukannya
Makhluk untuk bisa berhajat
pada ALLAH.. ALLAH melakukannya tidak berhajat pada makhluk..
Jika ALLAH berkehendak bisa dengan
makhluk, jika ALLAH berkehendak bisa tanpa makhluk
Laa ilaaha illALLAH
Keyakinan pada yang ghaib dan menafikkan yang
nyata merupakan hal yang sangat minim ditemui di zaman yang serba canggih ini.
Ternyata hal ini salah satu sebabnya juga karena sedari kecil, kita sudah
diperkenalkan untuk lebih mempercayai hal yang nyata ketimbang hal yang ghaib.
Mengapa bisa begitu?
Ya itu, salah satu (lagi) contoh kasusnya
adalah ketika Na temui pertanyaan 'aneh' dalam LKS sepupu mungil Na itu. Di
dalam LKS itu banyak pertanyaan2 yang membuat Na harus berpikir keras..
" Yang menggerakkan mobil mainan
adalah.... A) tangan B) roda C) baterai "
Spontan dalam hati bertanya
" kok nggak ada opsi 'ALLAH' atau 'Tuhan'
ya.. ? "
Tentunya adik sepupu Na yang masih kecil ini
dengan lugunya menjawab bahwa yang menggerakkan mobil mainan adalah baterai.
Memang ada penjelasan sebelumnya di LKS tersebut bahwa yang menggerakkan mobil
mainan adalah baterai, sehingga sekarang adik sepupuku meyakini bahwa yang bisa
menggerakkan mobil mainan itu adalah baterai.. dan bukan ALLAH..
Teringat juga dengan kejadian ketika salah
seorang anak di madrasah bertanya pada Na. Dia bertanya apakah dengan berpose
badan telengkup dan kedua kaki di ke-atas-kan bisa membuat salah satu dari
keluarganya meninggal. Sebelum Na menjawab, temannya sudah ada yang
berkomentar..
fulan B: " Yah, ga mungkin lah! gimana
sih! "
fulan A: " ya abis kata temen begitu..
"
fulan B: " ya memang kamu percayanya sama
siapa? sama temen kamu apa sama ALLAH? yang nyabut nyawa
kan ALLAH "
Na yang mendengar pun hanya tersenyum2 sambil
membenarkan kata si fulan B. Memang pose seperti itu dulu pernah membuat
'heboh' dunia anak2. Katanya, dengan berpose seperti itu maka akan membawa
kesialan pada salah satu keluarga kita.. ternyata.. itu sekedar kepercayaan
adat aja....
Na pernah bertanya pada sahabat Na sambil
bercerita bahwa anak-anak madrasah terkadang sering menyatakan keyakinan mereka
bahwa memang ada malaikat pencatat amal baik dan buruk pada pundak mereka. Na
bertanya, apakah kita saat kecil masih terlalu lugu dan polos hingga
mempercayai hal-hal ghaib yang dikisahkan oleh kedua orangtua kita dengan
begitu saja? tidak seperti orang-orang dewasa, yang baru bisa menerimanya jika
sesuai dengan akal logika mereka?
Ternyata bukan itu jawabnya, melainkan karena
suasana agama
Sahabat menjelaskan bahwa jika kedua orangtua
kita dulu paham agama dengan baik maka dengan mudahnya suasana2 agama terbentuk
ketika kita masih kecil. Orangtua kita sudah memasukkan akan keyakinan2
terhadap hal yang ghaib kedalam pikiran kita ketimbang keyakinan terhadap hal
yang nyata
Ketika kita berbuat salah, maka kita
ditakutkan bukan kepada murkanya makhluk melainkan kepada
murka ALLAH Ketika kita sakit, maka kita diingatkan bahwa yang bisa
menyembuhkan hanya ALLAH dan bukan obat. Ketika kita mau meminta
sesuatu, maka kita diharuskan untuk meminta sama ALLAH bukan sama
Ayah atau Ibu kita..
Lain dengan kita yang sekarang tumbuh dengan
keyakinan penuh pada benda nyata daripada hal yang ghaib. Contohnya lagi ketika
waktu Na sakit, sebagian besar memang lebih menyarankan Na untuk mengkonsumsi
obat-obatan kimia.. walau memang sebagian yang lain juga menyarankan untuk
mengkonsumsi obat-obatan sunnah seperti madu, habbats, menjalankan amalan2, dan
sebagainya
Jika ada orang yang sakit dan berusaha ingin
sembuh dengan menggunakan cara2 yang sunnah.. maka orang2 disekitarnya seperti
mengeluarkan pernyataan, jika tetap menggunakan secara sunnah.. maka tidak akan
sembuh.. atau seperti ragu akan sunnahnya Rasulullah Shalallahu 'Alayhi Wa Sallam..
Padahal sudah jelas,
Di dalam sunnahnya Nabi Shalallahu
'Alayhi Wa Sallam ada kejayaan
Namun otak ini sudah dipenuhi dengan keyakinan
akan benda-benda yang nyata. Kalau belum menggunakan benda2 ini rasanya kurang
sip.. kurang PD.. nggak yakin.. dan kalau kita ketahuan lebih percaya dengan
hal ghaib dibilang cupu.. tradisionil banget.. memalukan... bahkan ada yang
sampai mengatakan, " Itu kan dulu.. jaman Nabi belum kenal nasi!
"
Astaghfirullah.....
Benar-benar menyedihkan ya sebenarnya kita...
Kita sudah mengganggap alat2 teknologi super
canggih yang ada di zaman ini membawa kita pada era ke-emasan, kepandaian,
kesuksesan.. tapi siapa yang mau sadar, bahwa di zaman yang serba modern ini,
masih ada aja yang namanya perang? di zaman yang serba mewah ini masih ada aja
yang mati kelaparan? di zaman yang serba pandai ini.. masih ada orang yang buta
huruf?
dan di zaman yang sudah mau mendekati Kiamat
ini.. masih ada aja orang yang tidak sholat ??
Astaghfirullah.....
Na sendiri baru mendapat tarbiyah dari ALLAH Subhanahu
Wa Ta'ala akan Nafi Isbat ini..dan sekarang pun masih tertatih-tatih untuk
mengamalkannya. Kembali mengumpulkan keyakinan-keyakinan pada yg ghaib yang
sudah tercecer dan hilang dimakan waktu. Kembali mentarbiyah diri sendiri bahwa
ALLAH Kuasa makhluk tak kuasa.. Laa ilaaha illALLAHu..
Yuk ah teman, kita selamatkan diri kita
sendiri dari fitnah yang makin merajalela di dunia ini. Semua teknologi canggih
itu hanyalah sekedar alat yang bisa berkarat dan akhirnya rusak. Tidak seperti
Rabb kita yang Maha Kekal. Sudah ada ketika menciptakan suatu keadaan dan tetap
ada ketika mengakhirkan suatu keadaan. Kita tanamkan dalam diri kita, untuk
menafikkan yang nyata dan meyakini yang ghaib.. insya ALLAH..
Jadi,
percayakah engkau..
bahwa dengan sepotong kayu
0 comments:
Post a Comment