Seorang musafir berhenti di sebuah masjid. Ia
lelah, gerah, penat, pegal dan pening. Terlebih, sepanjang jalan ia merasa sepi
di tengah ramai, dan asing di tengah khalayak. Di mesjid itu ia menemukan
ketenangan. Wudhu'nya serasa membasuh seluruh jiwa raga. Ketika air itu
menyapu, ia seperti bisa melihat noktah-noktah hitam dosanya luntur berleleran,
mengalir hanyut bersama air..Dalam sholatnya ia benar-benar merasa berdiri di
hadapan Sang Pencipta. Tiap bacaannya seolah di jawab olehNYA..Ia merasakan
getar keagungan. Ini pertama kalinya ia bisa terisak-isak dalam sujudnya.
Hatinya diselimuti perasaan tenteram, sejuk dan penuh makna...dia merasakan
sebuah ekstase.
Saat lain ia lewat di mesjid itu. Ia memang
sengaja di sana. Ia rindu kekhusyu'annya. Masjid ini memancarkan keagungan. Ia
memilih shalat di balik tiang berbalut kuningan yang berukir ayat suci. Ia
mencoba menghayati shalatnya. Tapi aneh, kali ini ia tak menemukan getaran itu.
Ia kehilangan kekhusyu'annya. Benar ia ia kehilangan semua perasaan itu. Tak
ada ekstase. Tak ada kelezatan ruhani. Tak setitikpun air matanya sudi meleleh.
Dalam sesal ia menguluk salam. Ke kanan dan ke kiri. dan matanya menumbuk
terjemah sebuah kaligrafi di dinding..Terbaca olehnya :
" Barangsiapa mencari ALLAH, maka ia
mendapatkan kekhusyu'an. Barangsiapa mengejar kekhusyu'an, ia kehilangan
ALLAH"
Alangkah malang para penyembah
kekhusyu'an...khusyu' menjadi tujuan, bukan sarana menuju ALLAH Subhanahu wa
Ta'aalaa..Maka perhatian utama dalam shalatnya terletak pada bagaimana cara
agar khusyu' atau setidaknya terlihat khusyu'....
Aduhai......andai engkau tahu, bagaimana Sang
Nabi dan para shahabatnya shalat...Mereka mendapatkan kekhusyu'an bukan karena
mencarinya...Mereka khusyu' karena shalat benar-benar perhentian dari aktifitas
yang Maha Menguras..Mereka khusyu' karena payahnya diri dan kelelahan yang
membelit melahirkan rasa kerdil dan penghambaan sejati...
Tak salah sebenarnya mengutip kisah bahwa Ali
Ibn Abi Thalib meminta dicabut panahnya ketika beliau shalat agar sakitnya tak
terasa karena khusyu' shalatnya. Tak salah juga meneladani Abbad Ibn Bisyr yang
tetap melanjutkan shalatnya meski satu persatu anak panah mata-mata musuh
menancap di tubuh.
Tapi..apa hanya itu yang di sebut
khusyu'...?????
Sang Nabi adalah manusia paling khusyu'...Dan
alangkah indah kekhusyu'an beliau...kekhusyu'an yang seringkali mempercepat
shalat ketika terdengar oleh beliau tangis seorang bayi....Atau memperpendek
bacaan saat menyadari kehadiran beberapa jompo dalam jama'ahnya...Kekhusyu'an
yang tak menghalanginya menggendong Umamah Binti Abil 'Ash atau Al Hasan Ibn
Ali dalam berdirinya dan meletakkan mereka ketika sujud.....Kekhusyu'an yang
membuat sujud beliau begitu panjang karena Al Husain Ibn Ali main kuda-kudaan
di punggung beliau..........
Khusyu' dan gelora kenikmatan ruhani hanyalah
hiburan dan rehat, tempat kita mengisi kembali perbekalan dan melepaskan
kepenatan......Bukan tempat atau jalan para pengejar kenikmatan ruhani hingga
harus mengulang-ngulang takbiratul ihram sampai sang ima rukuk...........Bukan pula
jalan para penikmat kelaparan yang ketakutan berkumur saat puasa tapi diam saja
menyaksikan kedzaliman......juga bukan jalan penikmat ka'bah yang kecanduan
berhaji sementara fakir miskin lelah mengetuk pintu rumahnya yang selalu
terkunci............
Senarai sejarah memberi pelajaran tentang para
pengejar kenikmatan ruhani. Ada mereka yang merasa diri menjadi mukmin yang
baik karena bisa menangis saat shalat, saat terharu membagi zakat, bisa
berdzikir hingga hilang kesadaran saat berpuasa, atau berhaji setahun sekali.
terbuta mereka dari dunia Islam yang serak-serak memnaggil......Inilah mereka
yang selalu bicara agama sebagai urusan pribadi. Urusan pribadi untuk menikmati
kesyahduan spiritual...Bagi mereka alangkah nikmatnya shalat di atas sajadah
mahal, dalam ruangan berpendingin, dengan settingan pemandangan yang bisa di
atur berganti-ganti...khusyu' adalah menikmati bacaan imam bersertifikat dari
audio premium, dalam hembusan harum parfum aromaterapy...Jauh di sana, Sang
Nabi shalat di sela-sela jihad menegakkan syari'at. Dengan debu, dengan darah,
dengan lelah, dengan payah........
Ekstase....
Kenikmatan ruhani...
Kekhusyu'an...
Jangan kau kejar rasa itu, dia bukan tuhanmu..
Dan tak hanya seorang muslim yang beroleh
kemungkinan merasakan ekstase macam itu. Tanyakan kepada seorang beragama
budha, penganut zan, tao atau praktikan yoga. Mereka pun mengalaminya lewat
meditasi dan rerupa puja. seorang nasrani dari ordo benediktin yang mewah
menikmatinya dalam mengoleksi relik-relik suci peninggalan para gerejawi...
bukan itu....
bukan itu yang kita cari....
Berbaktilah kepada ALLAH dalam kerja-kerja
besar da'wah dan jihad..Menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban, menyeru
pada iman..
Larilah hanya menujuNYA...
Meloncatlah hanya keharibaanNYA...
Walau duri merantaskan kaki...
walau kerikil mencacah telapak...Sampai engkau
lelah...sampai engkau payah...sampai keringat dan darah tumpah...
Maka kekhusyu'an akan datang kepadamu ketika
engkau beristirahat dalam shalat...Saat engkau rasakan puncak kelemahan diri di
hadapan Yang Maha Kuat...Lalu kau pun pasrah, berserah.......
0 comments:
Post a Comment