Berikut ini, bukan tulisan Na loh. Hee... Hasil selancar niiih… Kebetulan
terdampar di 'pulau' ini. Yaah, akhirnya ' Na bawa' pulang...
Lucuuu banget....sekaligus menggelitik, dan
mengena!
Yo wis, selamat membaca sahajaa...
*****************************************************************
Akhi.....
Kemarin, Aku jatuh cinta padamu...
Sebuah rasa yang tak seharusnya singgah di
hati ini. Ku biarkan bersemayam dan terus bersemi di sela-sela percakapan kita
kala itu. Aku mungkin tak mengenalmu, kecuali di sini, di dunia maya ini. Tapi,
sejuknya tuturmu dalam membahas setiap kemelut masalahku, mendekatkan jarak
yang tak tersentuh itu di bilik hati.
Akhi,
Segalanya dimulai dari sini. Awalnya padamu,
hanya rasa kagum saja yang ku beri. Kagum pada pemikiran-pemikiran mu yang
cemerlang, kagum pada kesholehan yang kau tampilkan di ruang mayamu, kagum pada
kata-kata penuh hikmah yang kau coret di sela-sela catatanmu. Tak lebih.
Lalu...
Kekaguman itu membuahkan rasa penasaran, betapa
aku ingin mengenal pribadimu. Dekat.. dan lebih dekat lagi. Tapi, sebagai
seorang akhwat, aku terlalu malu untuk mulai sekedar menyapamu terlebih dahulu
(takut engkau menganggapku akhwat centil), berharap engkau menghampiri akupun
tak lebih hanya sebuah mimpi (toh, aku tak begitu penting bagimu, bahkan engkau
tak mengenalku walau secuil pun).
Hari-hari ku lalui sembari memikirkan cara
untuk bisa memulai perkenalan denganmu. Aha!!! Aku tau!!! Kenapa aku tak
memulainya dengan pura-pura bertanya masalah seputar fikih, politik atau
bertanya apa sajalah. Aku yakin, engkau pasti akan membantu menjawabnya
sebisamu. Nanti, perkenalan yang kuinginkan bisa dirajut dari sini.
Ekspedisi pun dimulai. Dugaan ku benar. Segala
tanya ku kau jawab dengan sangat memuaskan. Atau bila ragu, kau janjikan
menjawabnya di lain hari. Aku senang. sangat – sangat senang. Sebenarnya kau
tak perlu menjelaskan lebih banyak lagi. Toh, terkadang aku sudah tau
jawabannya. bahkan lebih tau banyak darimu. Di google bisa ku temukan beragam
jawaban dari tanya yang ku lontarkan padamu. Dunia maya mempermudah segalanya.
Detik waktu berlalu. Atas kecerewetanku yang
tak henti-hentinya mengejarmu dengan beragam pertanyaan, membuat Kita semakin
akrab, lebih akrab dari yang ku duga. Selanjutnya aku tak hanya sering bertanya
padamu, bahkan mulai berani menceritakan beragam masalah pribadi yang ku hadapi
padamu (curhat gettoh). Engkau tak pernah menolak, bahkan kau tenangkan segala
pikiranku yang kusut akibat kemelut masalah yang datang di segenap aktivitasku.
Solusi yang berisi Kata-kata menyejukkan dan bijaksana itu menghadirkan
rintik-rintik rasa yang entah, rintik-rintik rasa yang menggetarkan perasaan,
menghadirkan gamang ketika percakapan-percakap an yang kita lalui sore itu
harus berakhir ketika adzan maghrib memanggil. Huuuffttt...
Suatu ketika, kesibukan aktivitas yang
menguras tenaga membuat ku tak sempat menyinggahi dunia maya hingga hitungan
minggu. Ada rindu tak menentu (andai kau tau... bahkan ketika duduk, berdiri,
berjalan, makan, bahkan mimpi-mimpiku semua berisi tentang kamu) menggodaku
untuk kembali menapaki hari-hari penuh tawa bersamamu (shaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaap).
kubuka inbox pada emailku...
Waw!! Ada pesan darimu...
"Ke mana aja ukh, lama gak keliatan. Sepi
juga nih gak ada anti"
Pada sederet kalimat itu, Senyum ku
mengembang. Pipi ini merona merah jambu. Bahagia menelusup pada rindu-rindu
yang ku pendam. Aku yang mudah tersanjung, yang mudah melambung, seketika
merasa, perasaan yang ku biarkan tumbuh ini tak bertepuk sebelah tangan. Segera
saja aku meluncur pada sebuah ruang tempat kita biasa berbagi cerita. Tak sabar
ingin segera menyapamu lagi. Sayang, kau yang biasanya selalu duduk manis did
aftar bangku sahabat-sahabat mayaku, kali ini tak kutemukan bersemayam disana.
Kecewa ? tentu saja. Sebab tujuanku gentayangan disini hanya untuk bertemu
denganmu.
Satu detik, satu menit, satu jam, terus
kutunggu.. nyatanya kau tak jua hadir hari itu. Gerimis membasahi hatiku atas
segenap rindu yang tak terbayar kali ini. Biarlah... mungkin kau sibuk, toh
besok-besok aku bisa mencarimu lagi di sini. Aaah... coba kalo aku punya no.
hape mu..
Esoknya kucoba lagi menunggumu disini, kau
masih tak datang. 2 hari, 3 hari, 1 minggu.. tetap tak ada kabar. Lantas,
malu-malu kucoba tanyakan keberadaanmu pada sahabat ku yang juga mengenalmu
disini. Ternyata ia juga mencarimu.. >_< cemburu terbit dihatiku.
Kemudian, dari deret-deret kalimatnya mengalirlah beragam cerita tentangmu
malam itu. Ternyata ia mengenalmu jauh melebihi aku. Ia tahu segalanya tentang
kamu. Bahkan tentang apa saja yang kau suka dan tak kau suka. Lama aku
tenggelam dalam gemuruh curhatnya. Ternyata ia menyukaimu. Bahkan bermimpi
untuk membangun rumah tangga bersamamu. Aku kaget. Bahkan tak percaya.
"tapi ukhti....." ucapnya kala itu ... ada akhwat selain aku yang
juga menyukainya, dan berharap sama seperti yang kuharapkan dan ku
impi-impikan. " Kali ini kagetku berlipat-lipat. Aku pikir hanya aku
satu-satunya wanita yang rajin kau sapa, tempat kau berbagi cerita, akhwat yang
tak henti kau semangati untuk terus menuntut ilmu dan mengaji. Aku pikir hanya
aku satu-satunya yang menaruh harap kepadamu. T_T. Nyatanya....
huuuuuuuuuuufft. . kutarik nafas dalam-dalam atas sesak yang menggerogoti
rongga dadaku. Mataku mulai panas. Aku tak ingin berlama-lama disini, membaca
seribu sikapmu yang tak pernah kuketahui. Kututup percakapan itu, lantas pulang
dengan seribu kecewa dan mata berkaca-kaca.
Berminggu-minggu tak kusinggahi dunia semu
penuh hayalan palsu yang sempat melukai hatiku itu, sampai akhirnya. kuputuskan
untuk menemuimu lagi. Kali ini tak ada lagi nuansa rindu, secuilpun tidak.
Kontemplasi panjangku di sudut kamar beberapa malam yang lalu, telah
menyadarkan aku pada perasaan yang seharusnya tak pernah kubiarkan bersemi
sebelum waktunya itu. Sebuah perasaan yang Allah haramkan menggerogoti hatiku.
Zina perasaan. Aku sadar, hubungan kita di dunia maya kala itu adalah sebuah
kesalahan. Dan syaithon membumbuinya dalam kegilaanku padamu. Aku hanya ingin
memperjelas sikap-sikapmu padaku dan pada akhwat-akhwat yang kau tumbuhkan
bibit cinta di hatinya itu.
Alhamdulillah, ternyata kali ini kau tak ke
mana-mana. Ragu-ragu aku menyapamu. Kau membalas hangat sapaku, seperti biasa.
Menanyakan kabarku, aktivitasku, dakwahku, semua tentang aku. Kujawab seadanya.
Aku tak ingin terjebak kedua kalinya pada rasa yang salah.
"Akhi... adakah akhwat yang rajin
bertanya padamu selain aku ?"
"Ya.." jawabmu datar. "Kenapa,
ukh ?" lanjutmu penuh tanda tanya.
"Berdasarkan survey yang kulakukan
belakangan ini, ternyata anta termasuk jajaran top ikhwan di fesbuk ini.
Ternyata banyak akhwat yang mengidolakanmu. " Paparku.
"Oh ya ?? kok bisa sih ?? padahal ana
biasa-biasa aja tuh." Masih datar.
"Mereka bilang.... dari sekian banyak
ikhwan yang berkelana di dunia maya ini, antumlah yang paling bijaksana, paling
ramah, paling baik, paling luas wawasannya, paling pengertian, paling
perhatian, paling....."
"Eh ?? ntar..ntar.. " potongnya.
"Paling perhatian ? paling pengertian ??
paling ramah ?? waddoohh... ana gak ngerasa gitu kok ukh. Perasaan, ana
biasa-biasa aja deh menyikapi mereka yang sering bertanya ke ana, ya.. seperti
sikap ana ke anti lah..."
Aku tersedak. Kaget. Sumpah. kamu bilang
sikapmu ke akhwat lain itu biasa aja, seperti layaknya kamu meladeni percakapanku
??
Tidakkah kamu sadar, bahwa sikapmu padaku
–yang kau bilang biasa- itulah yang membuatku jatuh cinta padamu ?? lalu,
bagaimana dengan berpuluh-puluh akhwat yang kau ladeni obrolannnya ??
ckckckckck.. . pantas saja banyak akhwat yang berpikir bahwa kau juga menyukai
mereka, seperti aku.
"Akhi, bolehkah ana mengoreksi sikap anta
itu sedikit saja"
"Ya, tafadhol ukh" jawabmu.
"Mungkin anta gak sadar bahwa kebaikan,
keramahan, serta sikap-sikap yang anta bilang biasa itu telah menimbulkan
sebersit rasa yang seharusnya gak timbul di hati akhwat yang anta bantu
pecahkan masalah"nya, yang anta henti-henti anta semangati hari-harinya,
yang tak putus-putus anta nasehati segala lakunya..."
"Rasa apa ??" selamu.
"Rasa cinta"
"Hah ???
Aku tau kau kaget.
"Ana gak berniat begitu ukh. sungguh.
Mereka bertanya, ya ana jawab. Mereka konsultasi, ya ana kasih solusi donk.
Mereka cerita, ya ana ladeni. Mereka menyapa, ya ana jawab. Ana gak mau
disangka sombong. Semuanya ana sikapi biasa-biasa aja ukh. Tapi, kalo akhwatnya
merasa begitu....."
Kutunggu kelanjutan pembelaanmu. Ternyata
memang sengaja kau gantung hingga disitu. Kulanjutkan perkataanku "mungkin
sikap seperti itu memang akan biasa-biasa saja, kalo lawan bicara anta itu
sekaum dengan anta. Masih sebangsa ikhwan. Tapi, mereka akhwat akh..
perasaannya sensitif, mudah tersanjung, sedikit saja anta perhatian, mereka
–termasuk ana- akan jadi berbunga-bunga (sebenarnya tergantung akhwatnya juga
sich ^__^ kalo ana sih gak begitu Rei... Suuuerrrrrrr! !!!! Hihi). mereka akan berpikir,
bahwa anta pun ada rasa terhadap mereka. anta tau kan.. semakin sering bertemu,
semakin sering berbagi cerita, maka persentase djatoeh tjinta itu semakin besar
??"
"Lalu ana harus gimana ukh ?? cuek aja
waktu mereka nanya ?? ana gak bisa sesombong itu...."
"Menurut ana..." jawabku
"Seharusnya dari awal-awal anta udah
kasih lampu merah ke mereka. saat mereka bertanya ke anta, untuk yang pertama
kali bolehlah anta jawab. Tapi selesai menjawab.. bukankah ada baiknya anta
tawarkan mereka untuk berkenalan dan bertanya tentang apa yang tak mereka
ketahui pada akhwat yg juga luas wawasannya, juga fakih dalam masalah agama
seperti anta. Lantas jelaskan padanya berbagai kemudhorotan yang ditimbulkan
dari interaksi ikhwan wa akhwat di dunia maya yang penuh teppu dayee ini.
Bukankah ini lebih menjaga hatinya, juga hati anta ?? agar dikemudian hari tak
kan ada sentakan-sentakan rasa segala. Yang penting.. jangan biarkan percakapan
anta dan mereka berlangsung lama, berlarut-larut, bahkan sampe curhat-curhatan segala.
Anta tau kan, khalwat di dunia maya juga berbahaya. ^__^. Ada setan di bangku
tiga. (opleeeet kaleeeeeeeee)
"Yelah.. tapi jangan ana aja donk yang
dinasehatin, akhwatnya juga dong. Biar gak nodong-nodong ana lagi dengan beribu
pertanyaan" sewotnya.
"Yuuppz.. akhwatnya juga, jangan
sekali-kali nanya ke ikhwan. Toh, di dunia maya ini juga banyak akhwat-akhwat
yang lebih cerdas daripada anta. :p selain itu, pertanyaan-pertanya an yang
timbul ini sebenarnya bisa dicari jawabannya di kamar mbah google, tul gak
??"
"Yaaaaaaaaaaaaaaaaa aaa…"
"Pada dasarnya, kita –akhwat atau pun
ikhwan- tau bahaya keseringan interaksi di dunia maya ini bisa merusak hati.
Tapi, kadangkala ghorizah nau' ini mudah terpancing untuk disalurkan. Merasa
butuh perhatian dari lawan jenis (Padahal di rumah ada ayah, adik, atau
abang-abang kita yang juga berlawanan jenis dengan kita, lebih suuaayang lagi
ama kita) Kalau sudah begitchu, kenapa gak merit aja sekalian yah..
Duit mah, urusan belakangan. Toh, anak ayam
yang baru lahir aja udah disiapkan Allah rezekinya. Apalagi kita, anak manusia
yang udah dewasa, punya akal yang top cerrrr lagi.
*************************************************************
Haha, sebenarnya sih, ‘ngeri’ jugak euy,
mempaste tulisan orang, apalagi bertajuk ini. Hmmpphh… Tapi, sekali-sekali
bolehlah… Hihi. Abis, kenak protes siih, “kenapa siih, masih bahas2 beginian?
Bukankah ini manjagoan nan lah lalok (padang language)?”
Hmmph….manjagoan nan lah lalok?
Permasalahannya adalah ini semua, telah terjadi semacam pergeseran gituh.
(sebenarnya, lebih tepatnya, menasihati diri sendiri loh…sstttt!)
Nah…nah…, dalam batasan interaksi ini, salah
seorang sahabat pernah member masukan, dan sekaligus memberikan ‘definisi’
bagaimana dalam berinteraksi tersebut.
Dalam hal mu’amalah, konsepnya adalah semua
hal boleh sampai ada dalil qath’I yang melarangnya. Lalu, bagaimana jika case
nya adalah, SMS-an antara ikhwan dan akhwat? Adakah dalil qath’I yang
melarangnya? Bagaimana sih, bagaimana interaksi itu masih digolongkan boleh,
dan bagaimana yang tidak?”
Nah… nah…, dalam interaksi tersebut, dalam
komunikasi, Cuma melibatkan dua hal. Petama pengirim dan penerimanya dan kedua
isinya.
Jika isinya tidak bermasalah yah tidak
apa-apa. Hati pun tidak akan bermasalah. Nah, berarti tiggal keadaan pengirim
dan penerimanya. Jika hati mereka, atau salah satu mereka bermasalah, ya bisa
jai masalah. Boleh jadi, putih yang dikirim, merah jambu yang diterima.
Makanya, biar pesan yang disampaikan pas sesuai makna, kata-kata yang digunakan
kudu jelas.
Alat dan sarana itu dihukumi sesuai tujuannya.
Contoh, pisau, dia bisa jadi baik, jika tujuannya baik, missal buat qurban.
Jadi buruk jika dipakai buat bunuhin orang. Nah, SMS dan media lain juga
begitu. Tetaplah jaga adab. Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.
Masalah VMJ, adalah masalah yang benar-benar
menganggu da’wah. Nah plajaran yang dapat diambil adalah, “Janganlah pernah
engkau sandarkan hatimu pada seseorang, sebelum ia halal bagimu.” Jadinya,
segera tepis was-was syetan dengan senantiasa menjaga ALLAH di hati kita...
semoga bermanfaat temaaaaan..untuk
ku...untukmu...untuk kita....!!!! ^_^