Friday, October 12, 2012

untitled






Sebuah jendela meraihkan malam bagiku

seperti beribu malam yang lain. Ia berkiut pada engsel waktu

ia membawa tempias. debu dan cahaya bulan persegi yang jatuh miring ke atas meja tulis

Dua daun paru-paru yang menapasi kamar ini

Setiap bayangan menyelinap, rusuh diburu berkiut pada engsel waktu

di seberang awan tersangkut di pucuk-pucuk cemara memberi siang.

matahari. langit di waktu jarum berpacu dengan angin

Bisik renyai sore gerimis turun tertegun

Kulekapkan dahiku ke kaca...

dan kuguratkan namamu di atasnya perlahan dengan jariku yang gemetaran pada kaca gerimis berlinangan.

1960, Taufiq Ismail - Puisi-puisi awal (1953-1960)

0 comments:

Post a Comment