Saturday, March 1, 2014

✿ Jangan-jangan ✿


Jangan-jangan,
ada yang sedang menunggumu di pekarangan rumahmu yang nyaman.
memintamu keluar sambil mengulurkan tangan.
katanya: “Mari sini masuk dalam barisan.”

Jangan-jangan,
ada yang sedang menantimu di luar sana.
mengajak berlari bersama-sama.
yang menanti tanpa hentikan larinya sendiri.
yang menyempatkan diri, -pada nafasnya yang sudah mulai satu-satu-, untuk mengangkat lenganmu yang terjerembab kelelahan.
Katanya: “Bertahanlah, ini hanya sementara. Kita BISA! Sebentar lagi kita tiba!”

Jangan-jangan,
ada yang rela menahan nafasnya berlama-lama, berenang berlelah-lelah,
demi membangunkanmu yang tidur terlena. tenggelam dalam samudera yang dalam.
Dia yang tiada menyerah memutus mimpi-mimpimu yang fana,
lalu membawamu kepada udara.

Jangan-jangan,
entah dimana,
ada yang mendoakanmu diam-diam.
Diam-diam berdo’a. Do’anya diam-diam.
'celakanya' ia mendoakanmu pada akhir pertiga malam.
ia yang demikian tulus menjauhkan lambungnya dari hangat selimut.
menahan dingin air wudhu pada pagi yang berkabut.

Demi namamu di dalam do’anya:
yang dirimu sendiri bahkan mungkin tiada yakin, apakah ia-nya pantas terlantunkan demi engkau yang ikhtiarnya bahkan tiada mencapai rata-rata.
Tapi beruntung, do’a dalam tahajjud mungkin ibarat anak panah yang dilepas dari busur dengan cermat: ia akan mengena sasaran dengan tepat.

Jangan-jangan pada suatu pagi yang indah, ketika kau membuka pintu depan rumahmu itu, secercah senyum telah melengkung di depan mata.
ruas-ruas jarinya bertemu ruas-ruas jarimu.
katanya padamu: “Ayo kita segera berangkat, tenang saja, untukmu sudah kusiapkan bekal terbaik yang pernah ada.”
Lalu kau melihat kotak yang ia bawa.
Ah, sungguh kau bahkan tak terfikirkan untuk sekedar menjamunya dengan secangkir teh hangat, sementara ia bersusah payah, berberat-berat membawa sebaik-baik  bekal perjalanan mendaki surga: 'taqwa'.

Jangan-jangan,
di luar sana ada yang berpeluh-peluh mendoakan kebaikanmu.
menanti kesiapanmu.
mengetuk pintu rumahmu, mengulurkan tangan menjemputmu

Jangan-jangan ia memang nyata ada.

Sementara, berkacalah.
lihat dirimu,
apakah benar namamu-kah yang memang pantas tertulis pada do’a yang melesat ke angkasa fajar itu?
apakah pundakmu itulah yang pantas ia rengkuh?
apakah pintu rumahmu itulah yang pantas ia ketuk?

Ah, benar! ia nyata ada.

Belum sempat kau memikirkan jawaban dari kepantasan dirimu sendiri, telah kau dengar ketukan lembut namun menghujam tepat di hati.
Tetaplah dalam lingkaran
Bersungguh dalam kebaikan
Perbanyak yang diam-diam

Tidakkah sekarang kau curiga?

bahwa telah tiba giliranmu untuk mengulurkan tangan, mengulurkan cahaya lain di tengah kegelapan.
ditemukan.
menemukan.
mencari.
menjadi.

:’)

*Di jalan dakwah, ukhuwah kita tercipta..di jalan dakwah juga kita menua, insyaALLAH*

0 comments:

Post a Comment