Sunday, June 29, 2014

✿ ah, Pa, terminal akhir itu ✿ :'(



"Nak, suatu saat nanti kau akan mampu pahami, betapa majemuknya jalan hidup yang dilalui seseorang. 
Seperti hari ini, kau berpisah dengan Ayah menuju terminal yang berbeda. Namun, pada akhirnya kita menuju pada satu pemberhentian terakhir. Seberapapun sering engkau transit, ingat, kau selalu punya tujuan akhir. Jaga dirimu baik-baik..
Tidak selamanya engkau dalam penjagaan Ayah. 
Siapapun nantinya (manusia) yang menjagamu, semoga nantinya ia menemanimu dengan baik menuju terminal akhir. 
Semoga, kita dipertemukan lagi disana, di terminal akhir.” 


✿ Ramadhan di Bulan Juni ✿




Apa yang lebih manis dari Ramadhan di bulan Juni?
Pada siang-siangnya yang menguapkan lelah, memelukmu teduh.
Pada semilirnya angin meniup pipi, memudahkanmu tersenyum.

Apa yang lebih rindang dari Ramadhan di Juni?
Pada pohon yang dahannya berayun pelan-pelan, awan yang kelabunya memendar putih.
Dilatarinya aku mengeja rindu, tentang segala manis yang pernah merajai hati; di Ramadhan yg ku cintai.

Apa yang lebih kau inginkan lama berakhirnya, dari Ramadhan di Juni?
Teriknya yang tiada, hangatnya yang mendiami hati saja.
Dibiarkannya aku menghitung hari, dan berakhirnya masih lama.
Masih lama memukimkan bahagia di hati dalam teduh hari.

Apa yang paling manis dari Ramadhan ini? Di bulan Juni?
Lebih dari, ialah syukur bahwa kau dijumpakannya lagi.
Dengan merahnya senyummu, riangnya sambutmu, dan tumpuk bertumpuk misi mengisinya dengan cinta, dan cita menjadi yang dicintai-NYA.
Sebab Ibunda bilang, “tanda cinta adalah menikmati setiap perjumpaan, nak.”
Dijumpakannya aku, dengan puluhan hari yang sebelas bulan ditunggu berpeluh rindu. Maka menikmati hari, adalah berhias teruntuk IA.
Dijumpakannya dengan hari yang tiap detiknya bahagia saja memetik hati, melafal kalimat cintaNYA, dengan bayangan beribu bulir pahala, pelukan syurga, dan tatapan IA penuh cinta.
Dihentikannya aku sejenak dari rindu, dibiarkan bahagia menapak sebulan-nya, merenda riangnya, menumpuk kali lipat pahala, kiranya cukup pantas jadi yang mencintai IA.

Tiada yang lebih syahdu dari Ramadhan di Juni..
Tentang angin yang meniupi ringan pipi.
Hujan di waktu-waktu yang tuju jatuhnya memanisi bumi.
Sebab panas enggan menyengat ia-ia yang sedang dijumpakan dengan rindunya.
Se-penuh cinta ini aku rasa, bahkan ia lebih lagi.

Ramadhan di Juni.
Blessed moment; 1st Ramadhan, 1435 H.
:Semoga menjadi lebih baik lagi. Dijumpakan dengan ia yang kau rindu, semoga berbelas kali lebih baik dari berbelas bulan lalu kau pernah dipeluknya. ;karna cinta yang terbalas itu De, yang penuh pembuktian

Tuesday, June 24, 2014

✿ Nantinya..✿


Nantinya, kita tak perlu membaca buku yang sama.
Aku memahami cara berpikirmu, bukan ia yang menulis buku di hadapanmu itu.
Nantinya, kita tak perlu menikmati jenis masakan yang sama.
Bukankah di dunia ini memang begitu banyak bumbu?
Nantinya, kita tak perlu jatuh cinta pada langit yang sama.
Pagi atau senja, sama-sama cantiknya.
Nantinya, kita pun tak perlu jatuh cinta pada Bumi yang sama.
Timur atau barat, sama-sama dalam kuasa-NYA.
Nantinya, kita tak perlu sibuk dengan hobi yang sama.
Kau tahu, bahagia itu memang timbul dengan banyak cara.
Nantinya, kita tak perlu menikmati kopi dengan cara yang sama.
Bisa jadi kopimu tawar tanpa gula. Aku, sebaliknya.
Bahkan, tak perlu suka keduanya.
Bisa jadi, kau justru membencinya. Tidak masalah.
Nantinya, kita pun tak perlu selalu satu suara.
Ada kalanya suarakulah yang kau dahulukan, meski kecenderunganku pada perasaan, bukan rasionalitas.
Nantinya, kita memang harus siap dengan segala pertidaksamaan.
Sebab nantinya, hidup yang kita jalani seperti Aljabar, tidak melulu tentang persamaan.
Nantinya, kita memang tak perlu memiliki banyak kesamaan.
Sebab apa jadinya pelangi jika ia berwarna merah semua?
Dan nantinya, kita hanya butuhkan ini yang sama.
Ini, yang mereka sebut cinta.
Cinta kita adalah cinta karena-NYA.
Kita masih satu frekuensi, kan?
Sefrekuensi menuju Surga-NYA
Jika frekuensi kita tak senada,
mungkin ini saatnya berbenah.
Agar untuk soal ini, kita sama.

Saturday, June 7, 2014

✿ Ratink Cinta ✿



"Ya Rasulullah" kata Umar perlahan, "aku mencintaimu seperti aku cintai diriku sendiri."

Beliau Shallallahu'alayhi Wasallam tersenyum.
"Tidak, wahai Umar. Engkau harus mencintaiku melebihi cintamu pada diri dan keluargamu."

"Ya Rasulullah", kata Umar, "mulai saat ini engkau aku cintai melebihi apapun di muka bumi ini."

"Nah, begitulah wahai Umar."

Na menarik nafas dan berkata,
"Waawwww!!!, *eeh salah, MasyaALLAH*
Dalam sepersekian detik Umar mampu merubah ratink cintanya...kalo perempuan zaman sekarang bilang "gomballl".

Umar...semudah itukah? Dalam waktu sesingkat itukah? Hanya sekejap...hmmpp..andai Na juga bisa...tapi, ini begitu susah. Menurut Na cinta begitu komplek *Plak! Sok tau*. Keterikatan hati tak mudah untuk dialihkan. Dalam bahasa sebuah lagu alay, "sekali cinta aku tetap cinta". Sssttt -pernah dengar diangkot2- hehehe..
Tapi...Umar bisa..!!!!!!

Bdw, kok Umar bisa?

Menurut Ustd. Salim A. Fillah, cinta bagi Umar adalah sebuah kata kerja. Maka menata ulang cinta baginya hanyalah menata ulang kerja dan amalnya dalam mencinta.
Ia tak berumit-rumit dengan apa yang ada di hati. Biarlah hati menjadi makmum bagi kerja-kerja cinta yang dilakukan oleh amal sholeh...

Seperti Umar mencinta, cinta adalah sebuah kata kerja, Mencintai..cinta bukanlah gejolak di hati yang datang tiba-tiba saat melihat si 'baby face' bukaan..bukan itu..
Laiknya cinta pada ALLAH..ia tak datang serta merta..ia diupayakan, butuh pengorbanan..

So, ketika seseorang -maaf- bercerai dengan alasan "aku sudah tidak mencintainya", harusnya justru karena sudah tak mencintai maka cintailah ia.
Karena cinta adalah kata kerja, maka lakukan kerja itu, m-e-n-c-i-n-t-a-i..

*ah, lagi2 tau apa Na ttg cinta, paling cuma sekedar ceracauan yg ga jelas setelah Na denger curhatan ibu2 muda yg divorce karna alasan "sudah tak cinta"*