Entah mengapa bintang sama sekali enggan datang malam ini
Ini sudah terlalu larut, mana mungkin mereka masih betah dengan peraduannya ?
Oh, aku tau.. mereka bukan terlalu betah.
Mereka hanya terlalu jengah.
Mereka minder. Kehilangan percaya diri nampaknya.
Mereka kalah oleh lautan cahaya dibawah sana.
Ia terlalu bersinar. Cantik sekali. Seperti jutaan kunang-kunang. Ingin kutangkap satu untuk oleh-oleh..
Mereka marah pada gedung-gedung tinggi.
Ia terlalu angkuh dan sombong. Hingga berani mencakar-cakar langit. Kediaman milik mereka.
Mereka sepertinya sebal pada papan-papan billboard itu.
Mengalihkan perhatian insan yang hendak melirik mereka, bahkan para
insan itu lebih tertarik pada papan yang bersinar. Hhh.. Bintang sejati
hampir putus asa.
Agar sang bintang tidak bunuh diri karena putus asa, aku memanggilnya
“Wahai bintang, bolehkah aku minta sesuatu darimu ?” Tanyaku
“Apa itu ?” Jawab sang bintang
“Aku ingin kau tetap bersinar. Tidak, bukan disini. Bukan tempat dimana tingginya bianglala hampir mencapaimu” Kataku
“bukan juga tempat dimana hotel-hotel berbintang. Maksudku, hotel deluxe mengalahkan posisimu dalam melepas penat” lanjutku
“apalagi tempat dimana orang-orang bahkan tak mempedulikanmu sama
sekali saking terlenanya oleh langit berpendar lainnya” timpalku
“Lalu dimana tempatku ?” Tanya sang bintang bingung
“aku ingin kau tetap bersinar dihati mereka” kulemparkan senyum
termanisku padanya sambil menunjuk segerombol anak-anak yang berlari
riang di tengah pematang sawah.
Di potongan bumi yang lain.
“Mereka, calon bintang masa depan. Lautan cahaya itu tak pernah sampai
pada mereka. Lautan cahaya itu hanya berputar ditempat seperti putaran
galaksi yang dilihat sejauh 600 km cahaya jauhnya. Kau akan membuat
mereka bermimpi. Bermimpi menemukan tetesan lautan cahaya dan membuatnya
dengan tangan mereka sendiri” ucapku berapi-api
“Aku tidak mau !” tolaknya
“hah ? mengapa ?” tanyaku tak mengerti.
“Mereka pasti akan seperti penghuni lautan cahaya itu. Tak akan pernah
lagi mempedulikanku. Aku pasti menjadi yang terbuang lagi !” serunya
sedih.
“Tidak akan bintang. Mereka adalah penerus kami. Orang
yang peduli padamu. Mereka akan selalu memandang kagum kearahmu. Dan
saat siang, mereka menyimpanmu dihati mereka. Karena engkaulah motivator
terhebat mereka.”
“Sungguh?” sang bintang menghela napas. “Baiklah kalau begitu. Lalu siapa sebenarnya mereka ?” lanjutnya
“Mereka adalah anak-anak yang menggantung-gantung dibawah grafik garis
kemiskinan. Kalau saja pegangan mereka tidak kuat, maka mereka tentu
akan terjun bebas kebawah. Mereka berada ditempat saudaramu, sang Alam,
tempat dimana gunung tinggi asri menjulang. Pantai bersih tak tersentuh
tangan jahil. Sungai-sungai yang airnya tak pernah lelah bermain
kejar-kejaran”
“Mereka, Anak Desa yang berkilau. Lebih berkilau dari sinarmu”
(✿◠ ‿ ◠)
0 comments:
Post a Comment